Advertisment

Advertisement








Saturday, March 28, 2009

CV Sang Penulis

Saturday, March 28, 2009


Maharuddin Simbolon_Ichoet dilahrikan di sebuah desa kecil Paya Lombang Kecamatan Tebing Tinggi Sumatera Utara, setelah menamatkan S1 Fakultas Ekonomi pada tahun 1999 kembali mengambil Perkulihan di Fakultas Mineral
Institut Teknologi Medan sampai dengan semester 4 secara perlahan meninggalakan kampus demi mendirikan dan sekaligus memimpin NGO Forum Masyarakat Peduli Pertambangan Indonesia (NGO FMPPI) yang sekarang telah memiliki Devisi-Devisi diantaranya Devisi Analisis Kebijakan Pemerintah dan Perusahaan dalam Dunia Pertambangan dan Devisi Kebumian dan Kebencanaan. NGO ini berdiri sejak april tahun 2002, pada tahun 2003 kembali mendirikan NGO Sosial Ekonomi Nusantara (NGO SENtra) Mempraktisi di bidang Sosial Ekonomi.
Bersama dengan NGO FMPPI pada tahun 2004 mengupas Fenomena Gempa Bumi dan Tsunami Aceh dengan Judul Artikel “ Benarkah Gempa Bumi dan Tsunami 2004 adalah Fenomena Alam Atau Bom Ekologi Bawah Laut?” kemudian pada tahun 2005 memulai mengadakan penelitian secara independent tentang “ Dampak Dampingan Gunung Supervolcano Toba” dengan Top Corner Star Wars Scientis “ Fenomena Terbelahnya Dasar Danau Toba” sengaja di angkat ke permukaan pada tahun 2007 dalam bentuk seminar.
Secara berkala namun dengan pasti secara jantan terus mempersiapkan sebuah buku Revolusi Cinta “ STJ_Sekuntum Teratai Jingga” sebagai Edisi Pertama, di mulia dari tahun 2006. Salam

Friday, March 27, 2009

Daftar Isi - Sekuntum Teratai Jingga

Friday, March 27, 2009
Daftar Isi

Kata Pengantar
Pesona dua Warna Tahta Jiwa Cinta “Kasih Sayang & Alunan Birahi Materi” Oleh Maharuddin Simbolon i
Prakata Penulis v
Pendahuluan Medium Jiwa “Arti Janji Bumi” xii

Isi
Stj_1 : Gelegar Jiwa Kekasih 1
Stj_2 : Kontroversi Relung Hati 7
Stj_3 : Tiga Dimensi Ruang Sisian Cinta 49
Stj_4 : Darah Menangis Darah Terisak 73
Stj_5 : Syahdu Alunan Mistik Tirani Cinta 92
Stj_6 : Genggaman Eksotis Akar-Akar Sekuntum Teratai Jinga 107
Stj_7 : Teduh Kharsimatik Bersandar Damai Dalam Palung Biru Matamu 119
Stj_8 : Jiwa Mati Bersemayam Maniak Racun Madu Sekuntum Teratai Jingga 127
Stj_9 : Tubuh Sexy Lintas Kota Pelangi Fatamorgana Kerinduan 135
Stj_10 : Halus Untaian Air Mata Kasta Diri 147
Stj_11 : Marwah Gelisah Derita 156
Stj_12 : Pupus Senyum Malu Filosopi Jiwa 160
Stj_13 : Gemulai Tarian Salsa Syarat Makna Kata 171
Stj_14 : Depresi Jiwa Amukan Badai Tujuh Gelombang Samudera 177
Stj_15 : Kata Usang Keindahan Abadi 188

Epilog : Maha Jiwa 218
Daftar Riwayat Hidup



Pendahuluan - Medium Jiwa "Arti Janji Bumi"

Pendahuluan
Medium Jiwa
“Arti Janji Bumi”




Jiwa dan keanggunan Cinta adalah sebuah tombak bermata dua, yang satu sama lain memiliki kadaristik kekuatan dalam mewujudkan segala apa yang akan dimiliki terhadap seorang kekasih.

Jiwa dan Cinta hanya berbeda pada cara memandang dan meraih keagungan nulari kebahagian kepada kedua pasang kekasih, yang semua itu hanya dapat dilihat dan dirasakan dengan renungan propaganda yang terjadi dalam penyelamatan ketulusan kasih sayang.

Kasih sayang melalui sisi jiwa akan pasti mampu menganugerahkan karakteristik terindah seperti janji matahari yang selalu terbit di Ufuk Timur dan tenggelam di Ufuk Barat, begitu seterusnya sampai alam tidak lagi berputar. Seperti janji syahdu bumi, selalu memberi tempat kala kita berduka juga di kala kita bahagia. Tanpa harus meminta untuk di balas.

Janji matahari tidak pernah memandang apa dan siapa yang akan diberikan kehagatan sinarnya, baginya janji ya tetap janji. Kasih sayang dengan sisi mata jiwa tidak pernah berubah dalam sedetikpun dengan apa yang akan terjadi kepada belahan jiwanya. Kasih sayang dari sisi cinta akan mencerminkan menerima atau tidaknya sebuah pengorbanan walau pada kalanya pengorbanan harus melibatkan sisi jiwa yang tidak terbalas. Kasih sayang melalui sisi cinta pasti mengalami pasang surutnya gejolak rasa dalam memiliki. Cinta yang datang bersama jiwa mampu melakukan apapun yang dinginkan kekasih meskipun mengorbankan segala apa yang sangat berharga seperti lilin yang merelakan tubuhnya meleleh dan melebur untuk memberikan cahaya agar kekasih tidak khawatir akan gulitanya malam yang pekat dan berusaha memancarkan kenyamanan jiwa kekasih.

Mata tombak dari sisi cinta selalu melibatkan emosional, kedewasaan, kearifan, perhatian, dan segala sensasi yang menjadi symbol kehidupan sepasang kekasih yang umumnya akan dapat di lihat.

Seperti hadirnya rembulan di setiap bulannya, ditandai dengan kekuatan sinar terus bertambah, redup dihari pertama, terang benderang di hari terakhir, dan akhirnya redup kembali. Kasih sayang dari mata sisi cinta memberikan kita makna bahwa dalam membina sebuah hubungan sudah dipastikan akan mengalami grafik plus minus, grafik tersebutlah yang membuktikan bahwa kasih sayang melalui sisi mata cinta tidak akan langgeng bila tidak berjalan bersama pada kasih sayang sisi mata jiwa.

Melihat kasih sayang pada sisi mata jiwa dalam sebuah hubungan terhadap kekasih sangat di butuhkan medium yang sama sehingga mampu duduk sejajar dengan kekuatan yang dilahirkan oleh kharismatik jiwa cinta tersebut. Itu berarti bahwa relung hati harus bersandar dengan Medium Jiwa kekasih yang semua tindakan sisi mata jiwa hanya dapat di lihat dan dirasakan dengan naluri ketulusan, secara mutlak bertolak belakang dengan pandangan dan rasa logika.
Kasih sayang pada sisi mata jiwa, seorang pemuja akan mampu melakukan hal-hal yang di pandang logika adalah sebuah kebodohan, kegilaan, ketidakwarasan pikiran. Maka kasih sayang pada sisi mata jiwa tidak pernah melibatkan rasa logika tersebut, logika akan bertindak binal bila seorang pemuja nekat bunuh diri, nekat membakar diri, menutup hatinya pada gadis lain. Kasih sayang dari sisi mata jiwa bersedia mati bersama belahan jiwanya bukan mati bersama raganya, seperti halnya pemuja Khalil Gibran yang seumur hidupnya mempertahankan keindahan jiwa kepada belahan jiwanya sampai ajal menjemput.
Secara logika ini adalah sesuatu yang gila, strees, ketidak warasan, kebodohan, sesuatu yang bahasa trendnya “gombal lo”….namun bila kita masuk ke relung medium jiwa hal itu adalah ikrar suci dari kasih sayang pada sisi mata jiwa yang menghasilkan kesyahduan dan kenikmatan jiwa tersendiri yang tidak dapat di beli dan di tukar dengan apapun, yang mampu dirasakan oleh pemuja. Sehingga kepergian jiwa pemuja akan di iringi selaksa senyum bidadari nirwana.

Maka akankah tujuh lapis bumi, tujuh lapis gelombang samudera, tujuh lapis kehidupan, tujuh bidadari akan berpihak kepada kasih sayang pada sisi mata jiwa yang terus memandangnya dari relung hati meskipun kehidupannya tidak milikku lagi?

Sujud kasihku tetap memohon masih ada satu kesempatan untuk membawa jiwanya kedalam relung jiwaku walaupun itu adalah sesuatu yang tidak mungkin terjadi secara logika, seandainya terjadi itu hanya ada dalam sebuah film yang mana masih dapat kesempatan walau belahan jiwanya akan bersiap-siap membacakan ikrar suami istri di depan penghulu, dalam realita hal itu adalah hal yang mustahil, akankah hal yang mustahil tersebut akan terjadi pada cinta ini.

Walaupun aku terus berjuang dengan jungkir balik untuk mewujudkannya artinya; waktu untuk mewujudkan hal tersebut tinggal hitungan hari lagi. Agar aku dapat menghapus semua air mata yang pernah jatuh dari biru matanya dengan mengganti menjadi senyum terindah seumur hidupnya dan sampai zaman tidak lagi berganti.

Dan dalam realita juga tidak akan ada seorang dermawan cinta jiwa alam yang melihat kisah ini adalah cerminan kesucian jiwa dan cintaku terhadapnya, namun dalam relung jiwaku ada kenyakinan adanya sebuah keajiban dari seorang sesepuh jiwa cinta alam yang berbudi luhur yang ikut dalam mewujudkan nyatanya kenyakinan jiwaku untuk merangkul cinta dan hidupnya kembali.
Ataukah ini adalah isyarat yang telah di wariskan kepada jiwaku untuk ”mempertebal rasa sabar”. Ini adalah untaian kesucian jiwaku untuk memilikinya walau Tuhan tidak akan pernah memberikan mukjizatnya kepada tulusnya kasih sayang jiwaku. Namun dengan raga dan jiwa ini tetap berjuang dan berusaha untuk mengambil kembali nyawa jiwaku yang sebentar lagi akan pergi selamanya. Bukan raganya akan tetapi aura jiwanya. [ stj ]

Sepatah Kata Dari Penulis

PRAKATA PENULIS



Novel ini diangkat atas kisah yang ada terhadap kekarnya pertanyaan tirani belahan jiwa yang terjadi dari tahun 1997 s/d November 2006 sengaja di gali dari dalamnya untaian kenangan dari seluruh syaraf kepala pada aliran butiran-butiran sel darah merah jiwaku. Pada realita kehidupan, pemuja jiwa cinta yang tersakiti, bila terjadi prahara cinta selalu mengubur dalam-dalam semua kenangan indah, romantis dan tragis pada relung palung hati.

Dahsyatnya gelegar jiwa stj saat mengatakan “semua hubungan indah kita harus sampai disini”, tertunduk dan merengkuh dinginnya air bumi yang dihiasi bening warna pelangi ketidak percayaan air mata atas gelegar jiwa tersebut.

Seakan jantung bumi berbisik penuh kelembutan dan kedamaian ditelinga, mengapa bathin jiwa teramat memilukkan sendi tulang belulang? Mengapa terjadi tangisan sesaatmu, bhatin yang terus menggerutu bahwa keluhuran dan kesucian kasih sayang terhalang tirani glamornya alunan dan nyanyian materi dunia, mengapa selalu raga dan perasaanku yang dijadikan kambing hitam atas munafiknya nafas stj. Bercerminlah pada cermin dunia, pada realita alam mengapa stj mampu melakukan sesuatu yang sangat tragis. Sudah kewajaran stj selalu mendewakan materi untuk dijadikan pangeran pelindung dunianya, semua itu telah digariskan pada edannya zaman ini, jangan larutkan diri hanya karena saat jiwa sedang sendiri tanpa pesona gemercik senyum dan tawa stj.

Menangislah sepuas-puasnya di pundak dan pelupuk sandaran jantungku! Aku setia menemani keguncangan hasrat asmaramu, dimana dan kapan pun air matamu berderai. Percayalah hanya aku yang mampu menyuguhkan kedamian jiwa, karena aku tidak pernah berubah walau semua anak manusia melupakan bila saat bahagia. Bukankah cinta dan kasih saying, bukan harus memiliki? Itu semua terjadi padaku! Setiap saat sampai zaman berganti “BUMI”.
Aku hanya bisa memberi keindahan, keromantisan terhadap seluruh pasangan jiwa-jiwa yang kasmaran tetapi tidak pernah berharap memiliki jiwa-jiwa mereka. MAMPUKAH JIWA BELAHAN HATIMU BERADA SEJAJAR DISISIKU?

Banyak filsapah bumi yang telah menusuk masuk ke telinga namun begitu tetap saja hati bergejolak, menyudutkan takdir yang terasa tidak fair terhadap ku, juga terus mempertanyakan ketegaan hati stj pada penghianatan ikrar.
Novel ini berusaha membuka arti hidup yang dapat di lihat dari kisah ini adalah: “adanya dua sisi jiwa dari sekuntum teratai jingga yang masing-masing sisi memiliki kekuatan dan kharismatik sendiri terhadap kelangsungan sebuah hubungan”. Dimana dua sisi di lapisi tirani marwah mutiara diri yang tersembunyi manis dan manja, tidak selalu menampakkan keculasan masing-masing sisi, “keinginan kesucian kasih sayang dan keinginan glamornya nafsu alunan nyanyian materi dunia”. Keinginan kesucian kasih sayang selalu mendapat posisi terdepan sebagai umpan coba-coba dalam memberikan jawaban kepada pumuja keindahan jiwa, sehingga keinginan glamor nafsu alunan nyanyian materi tetap berada dalam relung hati yang memiliki ruang tersendiri yang tidak akan pernah muncul bila dipertanyakan pemuja. Seluruh anak manusia, bila dipertanyakan disaat memulai penyatuan hati “sebenarnya apa sih yang stj cari dan menjadi keinginan dalam berhubungan asmara?

Sudah tentu jawabnya adalah kesucian kasih sayang, pengertian, kejujuran, kesetiaan, kesabaran, pengorbanan dan segala yang berhubungan sifat keindahan dan keromantisan, sudah dipastikan pemuja akan memperlihatkan bahwa apa yang menjadi keinginan stj tersebut ada dan dapat di suguhkan dalam membina sebuah hubungan walau syarat dengan waktu namun itulah kekutan nurani cinta jiwa, pernahkah kita dapati bila mempertanyakan hal tersebut diatas, stj menjawab dengan apa yang menjadi keinginan sebenarnya adalah glamornya alunan nyanyian materi? Tidak akan pernah, mengapa? Ini satu tirani yang memang sengaja di sembunyi kan dengan baik.

Dengan bahasa budayanya “senyum ketimuran nurani cinta jiwa kebarat-baratan”
Atas jawaban stj itu dapat dipastikan untuk memulai hubungan melalui yang diinginkan, karena yang dinginkan adalah berupa pembuktian sifat maka dalam mewujudkan harus berada pada sisian waktu, waktu yang dapat memberikan jawabannya bahwa apa yang disuguhkan memang dapat diterima oleh ruang relung kasih sayang jiwa stj.

Semua perhatian, semua kesabaran, semua kearifan, semua kedewasaan, semua pengorbanan materi, nyawa, darah dan air mata menjadi salah satu fenomena yang harus terjadi.
Setelah hubungan berusia bertahun-tahun dan mengakar di jantung cinta, terjadi pengakuan dari ruang relung kasih sayang jiwa stj bahwa yang menjadi keinginannya telah mampu merobek semua sendi-sendi relung jiwa, stj terkapar dan terbuai dengan segala keromantisan keindahaan atas kesucian kasih sayang dari pemuja. Sadarkan pemuja tersebut dalam membina hubungan itu telah berada pada posisi menakluk kan liarnya ke egoisan dan keangkuhan jiwa stj? Setelah merasa telah dapat menaklukkan hati, pasti menginginkan hubungan yang berlanjut ke arah penyatuan jiwa dalam satu ikrar yaitu; pernikahan. Apakah benar, itu salah besar karena semua pemuja tidak menyadari bahwa masih ada satu sisi relung yang lebih tebal untuk diruntuhkan yaitu glamornya alunan nyanyian materi dunia, keinginan ini akan muncul setelah pembuktian kesucian kasih sayang telah terbukti, sehingga mencari jalan atau alasan agar penyatuan jiwa tidak terjadi kejenjang yang lebih sacral.

Gelegar relung jiwa stj yang tidak mengenal kompromi, terkejut kah atas permintaan keinginan tersebut? Pasti terkejut, adanya refleksi diri terhadap kesia-siaan perjuangan bertahun-tahun dalam membuktikan kesucian kasih sayang terhadapnya kalau hanya dapat di runtuhkan dengan satu kalimat sakti yang hanya membutuhkan waktu lima detik “aku, membutuhkan glamornya alunan nyayian materi dunia dan seluruh perempuan dimuka bumi juga membutuhkannya agar dapat berdiri tegak pada kehidupan sosial di sekitarnya” dan dilanjutkan kalimat suci yang tidak dapat di bantah namun diterima secara paksa yaitu”stj! Tidak berjodoh dengan pemuja”

Novel ini juga mencoba mengupas tentang fenomena yang memang terjadi di dalam pergaulan, membuka sebuah paradigma karakteristik seorang laki-laki, dimana saat ini begitu banyak argumentasi dan pandangan-pandangan miring bahwa laki-laki selalu menghindar dan lari dari masalah, setelah melakukan hal-hal yang bersinggungan dengan seksualitas.
Baik berdalih atas saling membutuhkan, baik berdalih saling mencari pemuasan nafsu, baik berdalih saling mencintai, tidak ada argumentasi dan pandangan-pandangan yang membuka paradigma karakteristik laki-laki yang memang ingin mempertanggung jawabkan kelalaian dalam membina sebuah hubungan sampai hal tersebut diatas terjadi.

Ini adalah realita yang seharusnya tidak mengkristal di dalam hubungan pergaulan. Sehingga argumentasi dan pandangan-pandangan menjadi titik keseimbangan untuk lebih memahami arti cinta di dalam sebuah pergaulan pada dimensi sosial yang berbeda. Dengan sendirinya terdapat pergeseran arti cinta yang di dukung oleh adanya kultur budaya kian memanas yang mengarah kepada sifat individual seseorang manusia, yaitu; rasa tanggung jawab.

Sehingga semua tertuang kepada rasa terima kasih kepada Ibu dan adik-adik yang telah setia dan memahami kegoncangan jiwaku dengan memberikan dukungan moril, kalian adalah “anugerah yang pernah jiwaku miliki”. Ucapan yang hangat dan dalam juga aku berikan kepada Mrs. Linda Sari, SS yang begitu banyak memberikan panorama ragam dan corak kehidupan yang jiwaku telah menunjuknya adalah Ibu kedua yang dengan ikhlas memberikan damai naungan relung hatinya untuk menyandarkan jiwa cintaku dalam perjalanan derita panjangku. Terima kasih atas keluhuran jiwamu.
Sujud hormat yang sedalam-dalamnya kepada Bapak Putu Wijaya yang telah membuka cakrawala dalam mewujudkan sebuah karya ke arah yang lebih bermakna, terima kasih Bapak.
Begitu juga seluruh sahabat-sahabat yang telah mendukung jiwaku untuk menghimpun kembali semua kekuatan sinar mentari agar dapat menerangi jiwa-jiwa yang terbuang; mereka adalah eben giringnya kota medan, ewa, Agus, Jajak, Deni, Rina, Naya, yang keseluruhannya akedimisi semester akhir Institut Agama Islam Negeri Sumatera Utara, begitu juga Edi Oloan HR akadimisi Semester Akhir Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Afwan Panjaitan Akademisi Semester 6 Universitas Al-Wasliyah, Pejel Sang Pejuang Agri NAD. Juli dan Ida Akademisi Tahap Akhir UMN yang telah banyak memberikan masukan terhadap kegonjangan jiwaku untuk tetap dalam garis perjuangan, terima kasih telah menjadi sahabatku pada saat jiwa ini sedang mati.

Kepada sohibku ippah akademisi Institute Pertanian Bogor yang dengan begitu ringannya, memberikan kalimat-kalimat keramat agar terus nyakin semua derita adalah sebuah rahmat. Terima kasih sohib.
Tentunya tidak lupa kepada gadis yang terimut Icha akademisi Potensi Utama yang telah memeberikan saran bahwa kehidupan sudah memiliki garis-garis tertentu. Thank’s imut. Yang jelas rasa terima kasih aku terdampar pada seorang gadis yang super coboi dia adalah Ririn yang juga seorang penulis dan Santy Dhea di Manado, yang dia mengatakan kepadaku bahwa aku adalah kekasih hanyalannya.

Club Supporter SMeCK Mania yang telah mau membantu merayakan hari ulang tahun stj dengan begitu meriah untuk kalian memang benar sahabat yang satu darah, jaya terus!
Sujud hormat kepada Mas Ir. Agung Pribadi, M.Sc yang selalu memberikan support agar tetap berjuang untuk mendapatkan sebuah pekerjaan walau itu hanya melalui sms, Mas terima kasih.
Tidak kalanya juga rasa hormat dan terima kasih saya kepada Bapak Ir. Hardi Prasytio yang saat itu masih menjabat SAM salah satu Kementrian RI yang selalu memberikan wejangan-wejangan terindah untuk selalu memiliki rasa tanggung jawab dalam semua hal”.

Kumpulan anak macho_Bhotel, Tondi Syaputra Lubis, Husni Muttakin, Nanda Ricky, Dodi, dan Ir. Siti Khadijah yang semuanya akademisi Institut Teknologi Medan Jurusan Teknik Pertambangan terima kasih telah dengan ikhlas menampung jiwa dan tubuhku saat tidak memiliki apa-apa dengan memberikan tumpangan tempat tidur, mandi dan makan secara bergantian di rumah. Tiada kata yang paling terindah yang dapat aku ucapkan selain doa semoga panjang umur dan sukses selalu.
Kalian semua adalah Kesatria Sejati dalam Naungan Jiwa Persahabatan. Ucapan terima kasih ini sebagai suguhan nurani karena saya belum dapat membalas budi luhur kalian Semua. I Miss U all Friend’s
.

Kata Pengantar - Pesonan Dua Warna Tahta Jiwa Cinta Kasih Sayang Dan Alunan Birahi Materi

KATA PENGANTAR
Pesona Dua Warna Tahta Jiwa Cinta
Kasih Sayang & Alunan Birahi Materi


Oleh: Maharuddin


Tirani yang ada pada sebuah hubungan cinta memiliki begitu banyak pesona warna jiwa yang ada dan berperan superactif dalam pencapaian kemuara kebahagian, keindahan dan keharmonisan kehidupan yang selalu luput dalam bayangan fatamorgana.

Filosopi yang menggambarkan dan mengungkapkan dan mengembangkan kesucian kasih sayang dapat menghancur leburkan sebuah tirani dan melahirkan hubungan asmara cinta. Baik itu tirani yang sengaja di besar-besarkan ataupun tidak, seperti tirani dalam perbedaan sifat dan karekteristik, tirani perbedaan kepercayaan kenyakinan, tirani perbedaan setatus social artinya kesucian kasih sayang dapat menjembatani semua tirani yang ada hingga pada dua insan yang menginginkan penyatuan mahligai kehidupan bersama.

Kedahsyatan filosopi juga mampu mendamai kan dua Negara bertikai, dua alam yang berbeda, dua keyakinan yang berbeda tetapi mengapa kepada dua hati jiwa kekasih mahajiwa dan mahacinta, filosopi tersebut tidak dapat berbuat apa-apa?

Seluruh anak manusia di dunia mengakui bahwa begitu semakin terkikisnya pemuja-pemuja cinta jiwa, karena keyakinannya pada kesucian kasih sayang tidak akan dapat melunturkan, menghancur meleburkan, membumi hanguskan keperkasaan, keangkuhan tirani, blantara ke egoisan dari seorang kekasih yang tertuang pada kisah-kisah romantis.

Siapa yang anak manusia di zaman ini yang tidak akan mengenal kisah Romeo and Juliet, kisah jiwa Khalil Gibran, kisah Adam dan Hawa, kisah Titanig, kisah Samson dan Laila, kisah Rama dan Shinta seluruhnya mengungkapkan betapa kesucian kasih sayang berada pada level kasta yang paling agung dalam menembus dan menghancurkan sebuah perkasa tembok tirani yang akan di kenang sepanjang masa sampai zaman ini tinggal sebuah hayalan. Apa filosopi tersebut diatas merupakan sejarah yang eksis pada zaman batu? Maka tidak dapat bertengger dengan garang pada zaman burger saat ini?
Dari berbagai filosopi seorang anak manusia mencoba mewujudkan kesucian kasih sayang, apa hal tersebut masih mampu bertengger dengan garang di zaman burger ini dengan mencintai seorang gadis nirwana yang anak manusia tersebut menunjuk dengan mata jiwanya sebagai Sekuntum Teratai Jingga, apakah terwujud? Ternyata tirani jiwa benar – benar tidak dapat ditembus dan dihancurkan hanya berlandaskan dengan kesucian kasih sayang, sebagai cerminan bahwa benar bahwa apa yang telah dikatakan kalimat di atas dalam mewujudkan keindahan hubungan asmara tidak pada zamannya lagi. Atau jiwa Sekuntum Teratai Jingga memiliki kadar keangkuhan yang lebih besar dari jiwa-jiwa kisah perempuan diatas? Mungkinkah novel ini mampu menjawabnya.

Bila tidak terwujud untuk mendekap mesranya keindahan dan kesyahduan pada belahan jiwa sang pemuja cinta maka dapat dibenarkan bahwa kesucian kasih sayang telah usang dimakan rayap-rayap binal, dan tidak tepat berada pada posisi zaman ini karena tidak mampu menyediakan glamornya nafsu angkara murka juga dahsyatnya alunan nyanyian materi dunia. Sebuah fakta masyarakat mengatakan bahwa “mungkinkah kebahagiaan dan kesenangan hanya di dapat dari kesucian kasih sayang, apakah hal itu dapat mengeyangkan perut dan membiayai keperluan hidup bila terjadi muara cinta ke satu mahligai rumah tangga” tidak untuk saat ini boss..!!

Tetapi glamornya alunan materi berdasarkan fakta juga tidak mampu mempertahankan mahligai rumah tangga yang telah mengikrarkan sumpah sehidup semati, saling setia, saling tetek bengeknya, berjuta-juta kisah romantis dan dramatis seorang anak manusia terhadap sekuntum teratai jingga merasa teraniaya atas kesepian jiwa yang begitu kelat dan berada pada dalam dan curamnya jurang penyesalan dalam mengambil keputusan untuk membina asmara yang bermuara ke mahligai kebahagiaan abadi. Apa kah sebenarnya yang menjadi keinginan sekuntum teratai jingga terhadap belahan jiwanya? Begitu rumit kah belenggu tirani pribadi seorang stjku!!

“Dengan landasan kesucian kasih sayang hidup akan lebih bermakna romantis dan menghadirkan selaksa keindahan dan kedamaian yang dapat menghancurkan segala apa yang menjadi penghalang untuk di ubah menjadi kemilaunya mutiara sehingga sempurnalah hubungan seorang stj_ begitu banyak pasangan kekasih yang dalam mencintai berlandaskan glamornya alunan nyanyian materi dunia merasa nyakin dapat menyuguhkan kesucian kasih sayang namun begitu banyak pula fakta yang terungkap bahwa akhirnya stj mengharapkan dan mendambakan kehadiran pemuja jiwa yang dapat memberikan kesucian kasih sayang untuk dapat mengangkat jiwanya dari kelamnya kebahagian.”

Akankah zaman ini kembali kepada kesucian kasih sayang yang selalu di dewakan dari masa ke masa dalam membina hubungan asmara, yang selalu menghiasi seluruh stj dengan untaian sehelai sutra ungu bertahtakan kasih sayang bermahkotakan rembulan mutiara?

Mudah-mudahan novel ini mampu membuka sejenak dimensi alam pikiran kita akan fatamorgana sebuah tirani jiwa, kesetiap pasangan kekasih dalam mengarungi cakrawala bumi.
Sebelum membaca satukan rasa dalam jiwa, Selamat membaca!

Medan, 03 Oktober 2006

Thursday, March 26, 2009

Revolusi Cinta - V

Thursday, March 26, 2009


Afwan, 20.42, 6 agustus 2007_ Waktu demi waktu berjalan dan melawan kerinduan….Kapan kah kita dapat bersatu? Dimanakah tempat aku bermanja, dimanakah tempat aku mengadu….
Ririn, 00.29, 24 Novermber 2007- Awan hitam di langit biru, aku lihat wajahmu tidak seindah seperti biasanya………Ingin aku hapus semua duka dan laramu namun sedetikpun kau izinkan aku mendekap padamu…….
Sahabat – sahabat yang terlupakan
Terbuai angin dunia, perlahan menjauhi garis takdirnya, garis akan mimpi ayah bundanya, dipuji dan dipuja, merasa hidup adalah amat indah.
Sungguh, ia sadar akan lakunya, tapi itu terlalu nikmat untuk diacuhkan. Ia tahu nikmatnya sementara, tapi esok masih pun ada, biarlah esok saja. Aku masih tersenyum untuknya. Biar saja ia nikmati hari - harinya, walau esok senja pasti kan menjelang. Aku tahu aku bisa sepertinya, dan kadang aku ingin layaknya dia, tapi jalan ini terlalu pendek, terlalu sedikit, sedang jalan di seberang sana terlalu lah abadi untuk kembali.
Terima kasih Rahiim, terima kasih Karena aku masih berada di garis takdirku, terhenyak dalam dinginnya malam kota Darmstadt, Angin?
Seperti mimpi, ia datang, menghampiri, dalam lelap panjang sebuah pagi, memohon untuk segenggam maaf atas luka yang dulu belum terobati. Namun memang hanya sebuah angin, yang selalu ada dengan langit biru, langit yang membentang indah. Pedih dan rindu mengalir bersama darah, dan hanya angin yang dapat mengerti.
Hati….Hati lalu berpadu, dan membawa pergi mimpi bersama keyakinan akan satu selamanya. Untuk sebuah pertolongan yang didambakan. Langit tak lagi sanggup berdiri, namun angin tetap bertiup membawanya. Hingga dunia mencaci, menatap hina tanpa malu. Angin tetap diam, dan terus diam bersama langit. Tanpa satu kata, kami akan tetap bersama.
Biarkan aku tetap menjadi angin. Dalam sapa seorang sahabat… Sepertiga revolusi keempat Kautsar membuka mata terlihat onggokan sampah-sampah topeng Kautsar hanya diam
Jejak-jejak kemunafikan dan kesia-siaan dengan naif dan angkuhnya malah tertawa Kautsar masih diam, dan akan terus diam
Kelebat meremehkan serta sok tahu melambai-lambai meminta perhatian Kautsar ingin kembali, kembali tanpa topeng, kembali tanpa jejak, kembali tanpa kelebat,
tapi, jalan kembali itu telah pergi……Kautsar lupa janji-janjinya, Kautsar lupa kalau dia buta, karena Kautsar lah, Kautsar tetap menjadi Kautsar
Kautsar melangkah, mencoba menjadi manfaat sambil tetap diam dan akan terus diam, tidak banyak omong lagi, Penuhi janji, Janji Kautsar…
Dalam keheningan, berbisik kecil, sebuah obrolan malam bersama Kautsar…Perang belum usai Bung! Maju terus, Jangan pernah takut jatuh, Kalau kamu bisa bangun lagi. (Aya Ikeuchi)

Ayah, engkau bilang, anak adalah karunia terbaik dari Tuhan. Tapi, kurasa tidaklah demikian, karena engkaulah karunia terbaik itu bagiku, sepanjang masa, dunia akhirat…Pembimbing dalam aku belajar menapaki dunia ini, penopang tuk menjadi manusia seutuhnya.
Engkau ajari aku menjadi manusia jujur, engkau didik aku dengan tauladanm, Biar bumi ini kubeli, tak terbayar pun setetes keringatmu, biar segalanya kuraih, pun belum cukup tuk menganti pengorbananm untuk ayah tercinta.(Aya Ikeuchi)
February 8, 2006 4:04 am “Biar tubuhku keras meronta, kesakitan yang tak tertahan, mengeluh kuat ingin berteriak, tuk sudahi semua ini. Tetap, terus tetap berusaha penuhi janji lama, sebuah janji, Tiga Revolusi
January 12, 2006 10:32 pm “Ka.! mengapa engkau terdiam? menyembunyikan diri sendiri tanpa peduli arti yang hakiki. Ka.! mengapa engkau terdiam? bukan kembali jelaskan apa yang terjadi malah pergi tiada kabar lagi.
Ka.!mengapa engkau terdiam? jika semua itu salah hadapi dengan kejujuran. Ka.!mengapa engkau terdiam? menyelinap diam - diam hanya kepada beberapa orang saja
Mengapa harus ada rahasia sehingga dunia seperti tak peduli dimanakah arti persahabatan itu jika ada rahasia diantara kita?
ada kalanya rahasia itu baik, tapi bukanlah suatu kebaikan jika mereka tahu bahwa ada rahasia, bahwa mereka tersingkir oleh rahasia rahasia itu memang bukan manusia, tapi mereka juga manusia yang tidak mau ada rahasia!

November 21, 2005 4:43 pm “ Hidup bukanlah cinta yang tertulis indah dan mesra dalam sebuah novel..Hidup juga bukanlah derita yang menjadi episode – episode menyedihkan. Hidup pun bukanlah sebuah peperangan yang setiapnya berjuang dan bertahan kalau perlu merampas dan menginjak hak - hak kebebasan, meletakkan kepentingannya diatas segalanya.

Hidup adalah cinta, derita, sekaligus medan perjuangan yang setiap ruasnya dilalui dengan sebuah kebersihan hati, sebuah keikhlasan, dan sebuah hikmah.Hingga kita mengetahui, hakikat sebuah hidup.
Sudahkan aku tahu mengapa aku diciptakan?Zely Ariane, Koordinator Solidaritas Rakyat Indonesia untuk Alternatif Amerika Latin (SERIAL)

Revolusi Cinta - IV



Hamparan kabut menutupi semua sisi-sisi gemerlapnya tatapan kerinduan mahabirunya kelopak teratai jingga pesona semua jiwa….Serasa ingin menunjukkan bahwa dirinya mampu memberikan kenyamanan dalam bernostalgia palung geli gelitiknya cahaya sangar kumis mentari…
Angsa putih mencoba mengusik kebisuan hati nurani jiwa teratai….Perlahan penuh manja mengitari keelokan paras kelembutan kelopak birahinya…..Saling diam tiada terucap, saling tebar pesona, saling tanpa dinikmati, saling curiga tanpa dipungkiri menghiasi penebar maut rayuan menyentuh sepintas ujung lidah sang perih melontarkan jerih angsa putih di jantung jiwa…
Lembayung sutra bergariskan kata acak…amukan rasa menekan liar roda luka nanah jiwa…… jau merona basah dan beku bisikan butiran embun pelangi….tersayat sentuhan lenyapkan cinta sejati, kelopak warna mata bersanding peri…kosongkan makna geliat bibir nan sexi, membelai penuh tikaman pasti ragu fatamorgana lara yang di benci….
Dukungan dari para sahabat yang juga berberntuk kata-kata indah:
Rina pukul 22:40 tertaggal 02 juli 2007 “tak seorang dimuka yang lebih sengsara daripada orang yang dilanda cinta, meski mendapati cinta itu manis resanya, bila kekasih jauh ia menangis karena rindu, bila dekat menangis karena takut berpisah.
Afwan 22:44 tertanggal 02 juli 2007 “bila ketelusun hati tak lagi menjadi sebuah kepercayaan, bila kepercayaan tlah diabdikan, cinta sejati tidak lagi dihiraukan meski tanpa paksaan rasa cinta yang tak terbendung dapat menghancurkan rasa cinta itu sendiri, tetapi cinta yang tulus akan tetap abadi meski tak terbalas sekalipun, memang cinta tak harus memiliki, tetapi hati tidak dapat memungkiri betapa perih hati dan jiwa. Bila cintapun bertepuk sebelah tangan, tetapi aku nyakin hanya waktu yang dapat menjawab semua pertanyaan. Maaf aku bukan Khalil Gibran hanya kalimat yang tidak mempunyai makna di sugguhkan untuk revolusi cinta”.

Rina 23:13 02 juli 2006 “Mentari cerah tamparin bumi, hati yang marah mengapa ingin bernyanyi...kalau kita saling menghargai kitapun saling menyayangi.

Jika hati adalah istana maka cinta adalah singgasana, ketulusan adalah mahkota dan kebahagiaan adalah puncaknya…bila ada senoktah kejujuran dating dari lubuk hati paling dalam maka sejatilah sebuah cinta”

C’ribo 09:11 03 juli 07 “Bro... tiada kehidupan yang indah bila tidak ada cinta! Tapi cinta yang mana? Cinta keluarga, cinta persahabatan atau cinta-cinta karet? Yang lebih paranya cinta kelapa awak cinta dia ga apa-apa.” Gue dukung revolusi cinta bro..

Icha 17: 08 03 juli 2007 “Malam tak akan berarti tanpa sinar bintang yang setiap malam menemaniku…kau begitu berarti buatku, langkahmu sejalan dengan detak jantungku…kau selalu ada dihatiku yang paling dalam kasihku…LOVE U!

Mala 21: 23, 09 Agusutus 2207_Saat dirimu membuka mata….Sadarilah bahwa ada aku yang menantimu….Saat dirimu beranjak pergi ingatlah ada aku yang merindukanmu. Saat dirimu melangkahkan kaki ingatlah doa dariku…Saat terdengar kicauan burung itulah salam dariku.

Kulihat bintang bersinar menerangi malam, tetapi mala mini ku melihat bintang tidak hanya menerangi malam…bahkan bulanpun redup karena bintang yang begitu perkasa akan terangnya, sinarnya menerangi bulan dan sepinya malam.

Selayaknya sebatang lara kenari yang biasa menerima dan mendapatkan segala sesuatu walau sebutir sari madu kehidupan yang di suguhkan oleh akrabnya cinta, akan membias terpancarnya kecerahan, kemerahan raut lembutnya wajah. Dapat berdiri lantang, tegar begitu perkasa menjulang menembus tebal dan berbisiknya embun-embun malam, tiada meragu bernyanyi sepanjang waktu menghiasi kesempurnaan hadirnya roda perputaran cakrawala pada sisi-sisi genit dan ganasnya mentari lembutnya senyum rembulan menerobos langsung kelopak teratai jingga nirwana.

Alunan suara parau dan berat tertutup selimut tarian kanan kirinya pesona cemburu angin yang sekali-kali sengaja dating untuk menyapa dan merayu, goyangan erotis pucuk lara kenari mengisyaratkan betapa dahsyatnya gejolak darah yang ditimbulkan langsung oleh benturan-benturan riangnya nafas angin. Diterima dengan menyuguhkan keangkuhan kuatnya cekraman akar egois kehidupan lara kenari untuk dapat hanyut dan tenggelam dalam kotornya buaian asmara….

Dalam beberapa saat lara kenari mampu menghilangkan segala problema glamornya dunia dan menyatu pada gulungan tarian bersama Ayunya usikan buluh-buluh kerinduan, tanpa berpikir bahwa suatu saat angina akan mempersembahkan kembali kedahsyatan aroma buluh-buluh kerinduannya selara rayuan mistik fatamorgana jiwa cinta!
Bisikan ranting lara kenari menyeruak kesana kemari tanpa arah bagai jiwa kesurupan untuk tetap bertahan agar tidak jatuh lebih dulu kepelukan tarian maut penari latar, suara angin mulai tipis dan meredah berjalan sedikit menjauh untuk dapat memperhatikan apakah ada yang terkapar akibat mistik alunan rindu kemunafikan “ ternyata begitu banyak ranting dan daun yang terhempas dab hanyut dalam dekapan kelembutan buluh-buluh aromatic jiwa hingga lupa marwah diri lara kenari.

Setapak, setapak, setapak demi setapak harapan yang tiada terungkap, tiada terwujud tiada bermakna menggelanyut alam sadar serasa membimbing semangat untuk lari dari sebuah kenyakinan dan metamorfosanya kehidupan. Zaman ini, zaman lalu dan zaman yang datang telah menghadang seluruh barisan-barisan jiwa mati dalam meraih keinginan untuk bersamamu.
Seperkasanya mata elang memandang sepuh langit biru….seperkasa itu pula cakar dan kukuh mencengram lembut kerasnya nuansa kegetiran kehilangan….Mata memandang kaki mencengram tiada salin cemburu, tiada saling dengki, tiada saling meninggalkan tetapi saling berbagi keindahan.
Bila mata tajam elang mulai berkedip, maka kaki segera membuka diri……Sebagai isyarat akan segera mengarungi rimbunnya awan-awan hitam, untuk mengumandangkan bahwa jiwaku tertinggal di dalam darah dan jantungmu……
Sesepuh nirwana biru memang tidak sebanding dengan luas dan angkuhnya aromatic farpum egomu…namun mampu ditembus oleh tajamnya mata jiwa elang dalam kesendirian, membuktikan bahwa tajam dan pastinya rindu membuat mata jiwa elang tidak pernah terpejam dan keliru dalam menatap dimana getar tubuh sexymu berpijak, sembari menari menanti kidung pemuja datang jauh dari alam jiwa kematian.
Mala ; akademisi univa sumatera utara, karyawan _ Mengenalmu satu keinginan, mencintaimu satu kebahagian, hidup bersamamu satu impian, melupakanmu tidak mungkin aku lakukan…Dua insan satu persaan, dua kai satu tujuan, dua mata satu pandangan, dua tangan satu pelukan, dua jantung satu debaran, dua darah satu aliran, dua bibir satu ciuman, dua hati insan bersatu dalam jiwa cinta.
Semua mata burung dapat melakukan hal yang sama dalam memandang tak jemu perih cintamu bumi, semua burung dapat bernyanyi dengan suara merdu untuk merayu jiwa cinta mu…. Namun mereka tidak akan mampu bertahan untuk terus memandangmu karena mata jiwa cintamu ada dalam bayangan mata jiwa cintaku yang tersembnyi pada ruang-ruang kamar kemilaunya rindu hujan nirwana.
Cakrawala taman bunga begitu merintih mencari dalam jiwa diriku yang sepi….Melukis ke dahagaan seluruh ruas nafas dalam menanti berhentinya lamunan jiwaku dan jiwmu nan sejati….Walau mereka terkadang hilang hayal dan imajinsi akan kehadiran wajah jiwa yang di nanti…Hingga membuat semua harapan dan merelakan kuntum daun jatuh terkulai lemas atas sentuhan ujung bibirmu…sebagai protes kehangatan yang telah terkelupas oleh sehelai kuntum menawan pujaan air mata…Hingga tidak akan pernah pergi dan kembali….
Terkapar oleh genitnya jilatan api, memang akan perih dan geli….bernanah dan bau akibat goresan kibasan kepergian hatimu, luka goresan genitnya lidah api tidak akan membuat luka dan lara di sisi jantung cinta…Walau semua itu akan menjadi bekas tanda yang tidak bermakna. Semua itu tidak lebih berbahaya akibat terjangan api yang keluar dari seluruh pori-pori keelokan parasmu yang berhias pada satu cinta…. Begitu api yang sengaja menerpa jantungku sangat feminim tetapi menghanguskan akar-akar jiwa cinta kehidupanku dan melumatkan bangunan reotnya bangunan hatiku yang miskin papa…dan Mengeringkan butiran darah dalam urat-urat kecilku sehingga perlahan menjalar dan menenggelamkan bayanganmu dalam kotornya debu yang tidak berwarna dan bermakna.
Aku mampu menghitung hari samapai zaman ini beganti, aku mampu menghitung butiran bintang di langit biru…Aku mampu menghitung tetesan air hujan, aku mampu menghitung kemilaunya pasir di seluruh tepian pantai, aku mampu tidak bernafas dalam dinginnya air samudera…aku mampu menghadang jutaan banteng jantan di padang ilalang….aku mampu berjalan mengitari kerasnya bumi….”Namun aku tidak bertahan hidup bila jauh dari rindumu”
Sehelai rambut hitamu kini tidak pernah lagi aku belai, tidak pernah lagi aku kecup, tidak pernah lagi aku dapat melindungi dari siriknya debu jalanan, tidak pernah lagi aku lihat dengan senyum indah, mungkin sehelai rambutmu tidak akan berarti di mata dan kehidupanmu…”namun bagiku sangat begitu berarti dalam menjawab dan mencium kerinduan akan hadirmu di sisi jiwaku.
Sebutir tetes air keringatmu jatuh tanpa makna dalam nuansa romantik senja…bagimu setetes keringat tidak akan berarti dalam segala hal, namun nuansa sebutir tetesan keringatmu sangat berarti bagi gelora aromatik jiwa dan cintaku, karena tetesan sebutir keringat tubuhmu sangat berarti di relung penciumannku karena tetesan keringat indahnya tubuhmu dapat mendamaikan seluruh imajinasiku dalam pencarian hati dalam kerinduan terhadap cinta dan bayangangan naluri asmaramu.
Terkadang penyuguhan kata-kata terindah menjadi benteng dunia hanyal yang sangat mampu meneberkan pesona akan tetapi terkdang tidak mampu membawa jiwa ke tepian. Bila seorang insan telah menemukan sesuatu yang membuatnya lebih terasa hidup di dunia ini maka dengan tidak ragu-ragu akan menamparkan kata-kata yang begitu ngiris. Telah aku cari ribuan kuntum dari barat sampai timur tidak aku jumpai kelekokan paras secantik dirimu, aku telah mencari semua nafas sampai barat dan timur namun tidak aku temukan ruas nafas seindah milikmu, sudah aku cari waktu dari selatan dan tenggara untuk melupakanmu akan tetapi sedetikpun tidak aku temukan satu detik kesempatan yang dapat menghilangkan untuk terus mengingat suaramu.
Aku telah mencari semua lembaran kalimat-kalimat cinta hitam dan putih di arah barat daya dan timur tenggara namun yang aku temukan catatan memory terindah terbias dari ranumnya kata-kata lembaran senyumu. Sehingga akupun mengakui bahwa dirimu adalah harga mati buat cinta dan kehidupanku. Sungguh berartikan segala sesuatu yang ada padamu terhadapa keberadaanku? Aku mengatakan dengan segenap kesadaran jiwa tanpa sebuah paksaan dari siapapun bahkan pembuat jiwa “sangat berarti tanpa noda”.
Walaupun dalam memaknai semua lembaran-lembaran hitam dan putih syahdu kalimat-kalimat yang telah tersuguhkan telah mengalirkan ragu dari kedua lubang hidungku, mulut dan kedua telinga jasad ini, yang mana darah yang keluar telah bercampur nanah yang sangat busuk dan kental, inilah jasadku yang telah terdampar akibat hilangnya dirimu dari sisiku. Bila kamu meliahat dari mata sisian jiwa maka kamu akan melihat tubuhku akan berubah karena telah di ditumbuhi oleh kesedihan, kesusasahn, dan cobaan yang seluruh ruangnya telah di penuhi ulat-ulat dan belatung asmara yang sangat fatamorgana. Dan bila kamu menyentuh daging-dagingku dengan lentiknya jemari-jemari indahmu maka kamu akan menemukan daging-dagingku yang hancur termakan segala depresi jiwa tentangmu. Begitu juga seluruh ruas kulitku menjadi tersobek-sobek kasar lebih dari sobekan cakar-cakar malaikat maut namun tidak dirsakan oleh air mata sampai jasad dan sekarat nafas lapukku mengatakan “ wahai Jinggaku, tidakkah kau ingat masa-masa indah kala kita bersama? Dimana tubuhmu, dimana jari-jari lentikmu, dimana senyummu, dimana tanganmu, dimana wajahmu, dimana rambutmu, dimana bibirmu, dimana keningmu, dimana kaki eksotismu, dimana ragamu, dimana jiwamu, dimana cintamu yang telah sama-sama rela menangis dan tertawa dalam satu nuansa yang tidak dapat sirna sampai es kutup utara mencair, sampai mentari ingkar janji, sampai ribuan samudera kering kerontang, sampai jutaan gunung rata dengan rerumputan”.
Tiupan suara yang keluar dari ruas tenggorakan yang begitu putih kedahsyatannya mampu sejajar dengan tiupan sangkakala yang datang dari empat sayap penjuru pintu langit. Maka suara yang keluar telah mampu menggoncang penghuni tabir tulang-tulang rangkaku sehingga bila aku berjalan maka akan bergetar dan bergerak perahu nakal kenangan yang telah membatu. Bukan saja bibirku yang pecah-pecah akan tetapi langit-langit mulutkupun ikut pecah berserakan tanpa memandang apa dan dimana aku berada. Beitu terasa gumanan hati dengan kata yang begitu ngiris “aku benar-benar menginginkan setengah tubuhku, setengah nafasku bersatu dengan setengah ragamu dan berbaur dengan setengah geliat nafasmu agar aku dapat menghentikan kiamat duka asmaraku”.
Gunung cinta jiwa yang terbentuk dari kesederhanaan di dalam kegelisaan jantung duka semakin bermunajad izinkan aku untuk sesaat meratapi diriku atas kepergianmu dimana semua terpotret dalam satu bingkai manja kekuatan ragumu, begitu juga dengan lautan cinta jiwaku mengatakan munajad yang tidak mau mengerti akan semua ombak-obak kemunafikan, dimana kekauatan lautan kasih sayangku yang telah terbenam dan membanjiri seluruh ruang di hidupmu, mengapa dengan satu kibasan sayap burung gagak neraka mampu meleyapkan semuanya.
Kerajaan cinta yang memang aku bangun dengan ketulusan, kedewasaan, dengan darah cinta kita terasa kosing dan kelam, gelap dan berduri tanpa hadirnya sorang purti malaikat yang bersembuyi dalam ragamu, semua dinding yang terbuat dari senyum nirwana menjadi keropos di telan perlahan oleh kesunyian, atap-atap dan pintu langit kerajaan cinta yang aku bangun berjatuhan, bergelimpangan, terlempar karena jeritan desah hela nafasmu yang berat dan parau karena termakan oleh bayangan desah nafasmu yang aduhai.
Semua perabotan istana kerajaan cinta ini berubah menjadi usang dan berkarat yang tidak mampu lagi menopang seluruh arti dan kesetiaan yang tercipta hanya sebatas rambut yang di belah tujuh, sehingga piring makanan jiwa, gelas minuman kehangatan berubah menjadi piring dan gelas- gelas alam kubur.
Keteguhan akan sebuah ikrar dan janji terhadap cinta dan asmarammu untuk selalu memberikan yang terbaik, memberikan segala pengorbanan raga dan perasaan membuat aku sangat takut untuk menghianati walaupun kini kamu telah pertgi dari sisiku, aku sangat memahami sebuah dosa akan sebuah penghinatan ikrar suci atas nama alam bila aku pungkiri, sesungguhnya aku sanggup menerima hukuman untuk di seret ke dalam api yang berkobar dan yang tidak pernah padam bila menghinati ikrar cinta ini akan tetapi aku tidak mampu menghapusir semua ikrar tersebut. Karena terlalu indah untuk di hianati.
Perusakan janji sudah pasti akan membuat semua otot-otot dagingku, semua rambut-rambutku, semua urat-urat nadiku, semua kulit-kulitku, semua cahaya mataku akan lebih menjadi sebuah lubang sampah yang isinya lebih kotor dari kotoran manusia dan lebih busuk dari kotoran mansia tak berwujud. Yang lubang sampah tersebut terus meminta dari beberapa karakter dari semua pasangan kekasih “ke egoisan, keangkuhan, kemunafikan, dan semua yang bersifat perusak cinta kasih jiwa.
Mungkin kata-kata ini terlalu tinggi bagi siapa saja yang mendengarnya, namun bagiku kata-kata ini pantas untuk kamu miliki, mungkin bagi orang lain kata-kata ini terlalu mengada-ada dan di besar-besarkan untuk dirimu, akan tetapi bagiku sekali lagi memang pantas kata-kata ini bersanding manis di sisimu. Bahwa keindahan dan kebaikan hatimu yang telah memberikan aku kesempatan untuk mencintamu adalah sebuah ruang yang begitu suci, perasaan kamu bersanding dengan keindahan mutiara putuh, ragamu bersanding dengan yaqut merah, nafasmu rindumu bersanding dengan Zambrut yang hijau, jemarimu untuk menarikku dari kehinaan mata orang lain bersanding dengan Marjan merah dan kuning, senyummu yang menenangkan keangkara murkaanku bersanding dengan perak putih, kesabaran dirimu menerima semua olok-olokan manusia binal untuk terus menerima aku di sisian cintamu bersanding dengan emas merah, ketabahan dirimu untuk membimbingku dan menrima saran-saranku sebanding dengan intan putih, ketulusan jiwamu untuk membuka mata atas ketidakberdayaan hidupku sebanding dengan zambrut katulistiwa yang semuanya memiliki pintu dan jendela yang terbuat dari helai-helai air-air surgawi.
Namun semua itu kini membuatku mencari-cari dalam selaksa gelam rimba yang tiada ujung dan muara, akan tetapi semua itu tidak akan pernah membuatku menjadi lemah dan lunak, karena banyangan tubuhku telah berubah menjadi bayangan tubuhmu yang selalu ada walau tidak tertempa cahaya mentari. Sehingga semua bayangan itu tidak akan pernah pergi meninggalkanku sedetikpun. Walau aku tidak akan mampu menyentuh bayanganmu tetapi hati relung jiwaku sangat dapat memeluk lakak-lekuk bayangan tubuhmya yang berdiri tepat di belakangku yang semakin diam semakin seksi.
Kekuatan keteguhan atas keleburan raga dan naluri darahku telah membentuk dimensi kematian yang begitu banyak menelan butiran tanah hitam dan pahit, tanpa bisa menghalau sedikitpun dari bibir dan mulutku yang tengadah ke atas untuk sekedar memastikan bahwa pintu-pintu langit terbuka dan memberikan ribuan rintik hujan sebagai alat untuk pelepas dahsyatnya dahaga cinta dalam menghempaskan seluruh selir egoisme pribadi dalam mengahapus nanah biru yang terus melubangi pori-pori cakrawala impain hidup renta abadi.
Bangun dan berdiri untuk melakukan renovasi jiwa hati, memblokir semua dera keegoisan, meluruskan tulisan-tuliasan bermakan ganda, memutihkan suara dan deru nafas ketulusan terhadap semua mata cinta membuat tangan, jari-jari, kakai dan seluru anggota tubuh mengacungkan diri dengan gagah yang rapuh untuk terus merangkai satu ikatan makna kata, walaupun terhimpit oleh segulung awan mendung, terhela oleh getaran halilintar terus berusaha untuk dapat merekatkan sebuah kata yang suci, kata ini adalah “revolusi cinta” yang harus dapat merubah secara cepat akan perubahan cinta jiwa mata hati kearah yang putih dan jernih dalam nuanasa kepedulian akan runtuhan semua air mata sanga bidadari. Siapapun bidadari itu, bagaimanapun setatus bidadari itu, terbuat dari apapun tubuh bidadari itu, setinggi apapun perbedaan bidadari itu kata ini akan selalu ada buat penghapus derai air mata yang lahir dari kesenduhan, sehingga alis yang lentik tidak lagi akan pernah basah dan di aliri oleh jahanamnya kesediahan yang terbangun dari luka-luka kecil dan besar karena keangkuhan pongawa-ponggawa yang memiliki karakter senyum rahwana.
Sesaat senyum rahwana berganti dengan ketakutan menemukan bias cinta yang begitu halus dan lembut dari seoarang pengelana jiwa dengan menyuguhkan butiran hati yang telah menyatu pada kumpulan buih-buih embun yang di saring oleh ribuan kain putih sutra.
Semua itu terjadi pada keadaan dimana mentari sedang mengeluarkan sinar keemasan di ufuk timur yang kita selalu menerima keadaan atas keberadaannya tanpa ingin merubah apa yang kita lihat dan pandang, walau suatu saat sinar mentari akan tertutup oleh awan, bila kita menerima keadaan mentari yang tertutup awan dengan segenap rasa maka sinar yang kita harapkan hadir akan terasa ada dan tidak akan pernah hilang. Hal inilah cerminan yang mana kita dalam menjalankan cinta tidak perlu merubah keadaan belahan jiwa hanya karena ingin melihat apa yang diinginka sebuah egoisme pribadi.

Wednesday, March 25, 2009

Revolusi Cinta - III

Wednesday, March 25, 2009
Karang melontar kharismatik bahtera tetap tegar terbisu prahara menanti sang belahan jiwa.

Kelopak kuntum secara perlahan terbuka…Satu kelopak, satu kelopak, satu kelopak dan satu kelopak terbuka senyum…mincul kelopak ke dua, satu persatu kelopak kedua terbuka ceria..terlihat kembali kelopak ke tiga bahgia…Satu Persatu kelopak ketiga juga terbuka kembali tawa…di iringi senyum duka, lara, air mata, dan merahnya darah yang berasimilasi dengan waktu ternyata masih ada kelopak keempat yang lebih lembut, lebih sendu dan lebih syahdu…lebih indah secara perlahan dengan penuh makna dan charisma membelai putihnya nurani menyentuh kelopak ke lima….

Terpukau, terpanah jantung tergetar keras takjub akan kemilaunya duniamu..semaikin menyirap asrat jiwa..dengan segala pengorbanan, jatuh bangun berusaha membuka kelopak terakhir…kelopak terakhir terbuka begitu manja…Harum mewangi menyentuh bergelayut alam bawah sadar perasaanku…

Begitu lamanya bersandar mesra pada putik sari..terasa baru saja bersandar nakal lupa akan kegelisahan an kehampaan terlena akan indahnya semerbak…namun kekhilafan, kealpaan sehingga tidak sadar bahwa satu persatu kelopak manis kuntum menutum merapan erat ke putik sari…dimana jiwa masih tersentum menikmati pesona indahnya warna cinta dalam anggunya putik sari…hingga tidak mengetahui ternyata semua kelopak telah tertutup kembali….

Sedang seluruh urat nadi dan darah masih terjebak di dalamnya…hingga merasakan, menikmati aroma wangi yang tidak akan terlepas sampai ke kelopak terbuka kembali saat fajar terbenam pada timbunan tingginya kerinduan…Jiwa, hati…perasaan, kasih saying..darah dan air mata terperangkap di dalam “ Sekuntum Teratai Putih Nirwana”

Jernih air tempat diri…tumbuh dan mekar…sekeliling belukar melirik dengan senyuman centil mendekati dan merangkul charisma yang terpancar…merayap perlahan bersama sepi membawa pesona diri…Mencoba menggoda dalam menggapai megahnya puncak warna hati….menanti sampai satu persatu kelopak cintamu terbuka, melontarkan senyum sejuta makna kalau dirimu ingin diraih dan di miliki…Gapai nurani menghibaskan harapan dalam sisi gelap…Meniti jenuh pribadi cerminan ketidakberdayaan untuk putik sari indahmu…

Arah angina menebarkan pesona dalam jalan dan tarian anggunmu…keseluruh nuansa hati yang penuh gelora merintih sebuah mimpi….Mimpi dalam angan menanti kelopak terindah walau sesaat akan segera menutup mata…Pasrah dalam belaian terjerumus pada kelamnya “ Sekuntum Teratai Putih”.

Sinar lamunan syahdu dan tajamnya cahaya matamu… Mengusir gelombang aliran sungai surgawi…mengitari kungang-kunang alam hayal…Tersimpuh rapuh penjaga risau kalbu…Melayang, bergoyang pelan menggapai rindu yang mulai meragu….

Angkara murka bukan emosional hati…Kebencian gumpalan kharismatik tangguhnya cinta…Ketegaran budaya asmara cerminan kusam derita…Kegigihan celah dari ketidakberdayaan menguasai ganasnya jiwa….Karena memandang hubungan mata hati cinta dalam ruang dan nuansa dusta…impian tiupan damainya angin surga melahirkan dan merelakan memandang sebelah mata akan ikrar bersama…

Sesaat mentari tersenyum penuh tanya…Serasa berkata penuh makna…Awan angkuh membayang penuh nafsu, memudarkan indahnya pesona cakrawala…Tersimpan kata tak bernyawa…menhadap lesu jiwa berharap datangnya belahan jiwa…

Deru ombak menghampar syahdu lembutrnya Asmara…Melintas warna pelangi senyum seluruh alam….Membisu terpaku diri pada pinggiran pantai…Busuk bernanah hati tertikam luka bersama putihnya jutaan kemilau pasir…

Kupu-kupu mungil terbang gemulai manja bernyanyi indah, memikul selaksa duka dan makna……Tanpa ingin di rayu dirimu terus berlalu… Mengepakkan perangai sayap warna pelangi jiwamu… menyapa lembut angkuh dunia pantasi kuntum pujangga rasa.

Setelah rembulan menghilang malu dari singgasana peraduan malam…Terasa aliran rasa tak terlukiskan bergerak tanpa irama……..Takut dan gagu menjawab pertanyaan sayatan sembilu hati akan keberadaan jantung ranjang sebuah kehidupan…..Ketiakberdayaan titipan pesona sinar rembulan bukan karena ketiadaan setia namun ketiadaan pandangan jiwa pada gelamornya pesta angkuh dan semunya dunia.

Cinta, kasih sayang sesungguhya dua pilar utama paling sacral dalam menopang sebuah bangunan candi yang dialamnya terdapat mahliogai asmara…dera dan badai akan mengahantam dua pilar yang memiliki perbedaan bentuk, ukuran, komposisi, letak namun satu dalam fungsi dan Tujuan yaitu menyelamtkan kehidupan dan berkembangnya alunan nurani sebagai pengikat hati dan jiwa….

Di saat sebuah Revolusi Cinta berkumandang bersama gelegar halilintar, terlahir dalam tebal hitamnya kabut nurani…Kekasih hati belehan jiwa bumi….Kerinduan kekasih cerminan air mata gelisah bumi……Kecemburuan kekasih ratap tatapan nanar bumi…Kekasih pergi menusuk luka jantung bumi.

Malam ini jiwa dan raga berjalan serasa melayang di tengah gelapnya hamparan kota…Ditengah sepinya kota mati begitu pedar…begitu teraniayanya perasaan, ingin bertegur sapa menghilangkan semua rasa sunyi, rasa pedih dan peraih, rasa ingin mengangis tetapi entah pada siapa….Aku lihat,aku pandang, aku mengerti berjuta butiran bintang nun jauh di singgah sana langit bitu mengawasi setiap alunan gontai langkahku….namun sepata katapun mereka tidak ingin menyapa, karena mereka juga tahu betapa pedihnya, dan mereka memahami begitulah hdup bila tidak memiliki tambatan hati pada seorang kekasih…Bumi juga hanya mampu memberikan keihklasan jiwanya untuk di pijak sebagai suguhan terbaik untuk seorang kekasih bahwa aku tidak sendirian dalam menggapai sepinya alam yang penuh sesak dengan kemunafikan…

Seluruh butiran pasir bercampur binalnya kerikil-kerikil tajam jalanan ada padaku saat ini…..namun semua berada pada membisu dan kaku dalam saksi sakitnya penghianatan dan dusta manis sang kekasih…Namun mereka hanya mampu menggelitik telapak kaki yang mulai kejang dank ram…Karena teramat jauhnya kaki jiwa hanyalku melangkah…Cucuran sari patih madunya tubuhku terus mengalir tanpa rasa malu menghilangkan aroma daya pikat simpatik pada semua rerumputan pinggir jalan kota mati..

Kecemasan, kegelisahan, kegundaan hati, jiwa, perasaan, pikiran mebahana disetiap lekak likuk singgasana relung hati jiwa cinta bumi……Ketakutam, kekhawatiran dan seluruh pernak pernik gelamor dan redupnya keserakahan, ketamakan, ke egoisan, perkasanya keangkuhan sebuah tirani meleburkan segenap bahtera Jingga pengembara malam…Merayu bibir mungil tanpa noda penari latar melontarkan gumpalan-gumpalan hasrat birahi penabur sengsara….Pemikat tanpa kata menikmati geramnya lentur tubuh penari latar hingga terlupa amanah pengemban jiwa…

Air bening berjalan dan berlari, damai pada tepian sisi belain jiwa bumi, terus berjalan dan berlari mengelurkan lantunan-lantunan gemercik mendamaikan sepasang anak merpatih putih dalam meneguk nikmatnya kebersamaan…Tanpa harus ada salaing melukai namun saling memberi antara dua pasang merpati putih dengan gemulainya jalan dan gemercik air jernih surgawi yang diiringi oleh kebijaksanaan tepian bumi untuk melupakan sejenak ke egoisan, hanya karena mereka berada pada sisi-sisi kehidupan pahitnya derita sang bumi.

Bila pada saat dua pasang merpati putih dan aliran gemercik jalan putihnya air nirwana sedang meneguk selaksa kenikmatan kearifan sang bumi hilang dan muncul ke egoisan maka apakah yang terjadi? “Keindahan, kedamaian hilang detelan dahaganya rahwana, pupus ditelan dahsyatnya keangkuhan mayapada hilang sirna tidak berbekas berganti dragtis dengan dentuman jeritan memilukan yang bermuara pada kotornya ke egoisan masing-masing.”

Tamparan cahaya senja tepat di dadaku, tepat ditelingaku, tepat di bibirku, tepat di telinganku, tepat di kedua pelupuk mataku…Tersirap bagai terkena guna-guna pengasihan menjadi pemikat seluruh pasang mata di sisian cakrawala…Akankah esok, akankah lusa, akankah hari yang dating jiwaku masih mendapatkan jatah tanparan pesona cahanyamu? “mengapa seluruh tamparan yang mengenai sekujur tubuhku tidak membuat darah ini menjadi bergejolak, tidak membuat darah ini naik pitam, tetapi semakin meng Ayukan ragaku untuk selalu mengharapkan tamparan syahdumu kembali.”


Tuesday, March 24, 2009

Revolusi Cinta - II

Tuesday, March 24, 2009
Seluruh manusia bersama pasangannya sangat memahami makna dan tujuan pertemuan yang di saksikan oleh mata hati bumi, hanya tidak menyadari betapa mata hati bumi memberikan restu dan senyum yang terindah kepada pertemuan tersebut sehingga seluruh pertemuan terpatri dan menjadi monument permanent yang tertancap kokoh di lubuk jantung sang bumi, yang di ikrarkan melalui berayun angin hangatnya belaian mentari sengaja hadir untuk menyaksikan kata yang lahir dari lubuk hati sang pertemuan “aku selalu ada di sisi dan melindungi hubugan kita dari sebuah kebohongan dan keangaraan kemunafikan”

Seiring dengan waktu keceriaan semua ikrar yang tertancap memekarkan kuntum-kuntum kebahagiaan, keceriaan yang telah di raih tidak pernah di terima olah hati sang bumi, apakah karena sudah sifat manusia lupa jika bahagia ingat kala derita, pernahkah kita bercerita pada hati cinta bumi bahwa pertemuan tersebut telah berkembang dan menumbuhkan segala keindahaan dan kemesraan? Serasa tidak pernah, hati sang bumi hanya mampu melihat namun tidak dapat berbicara. Adakah sebuah pertemuan hubungan dua hati yang mampu menyaingi hati cinta bumi? Dapat memberi namun tidak harus menerima? Tidak, itulah keegoisan manusia dalam sebuah pertemuan.

Pertemuan semakin kepuncak dan mengkrucut menimbulkan nytanya konfrontasi-konfrontasu konflik kejenuhan akan kebersamaan, timbul angkara murka bahwa diri tidak sejalan dengan karakter jiwa ini, mengapa harus di katakan setelah berkembangnya kuntum-kuntum liar cinta? Apa karena kuntum-kuntum tersebut telah memberikan aroma pesona jiwanya, maka timbul kalimat demikian atau hanya ingin menunjukkan kalau keegoisan manusia hanya sebatas akal dan nafsu, atau ingin menunjukkan kepada hati cinta bumi bahwa akulah sang penakluk gairah alam? Semua itu bisa saja terjadi, itulah arti dari sebuah kemundurun retorika publik .

Apa yang terjadi pada pasangan hati yang telah dengan ihklas memberikan kuntum-kuntum terindah jiwanya? Beningnya butiran-butiran air kehidupan jatuh perlahan melintasi gurun berlapiskan tipis awan putih yang terus jatuh ke lubuk hati cinta bumi, setetes demi setetes terjalin menjadi satu kalimat yang memang kalimat tersebut telah terukir pada prasasti hati cinta bumi di saat pertemuan terjadi, pelampiasan pertama yang menghantam hati cinta bumi adalah dunia ini tidak fair buat asmaraku, buat asmaramu, buat asmara mereka, apa salah dengan pertemuan ini, semua hilang ikrar yang telah terucap dengan untaian tetesan penyesalan yang kian berakar pada relung jantung yang paling dalam, tubuh bergerak, darah dalam nadi memacu kencang, jantung bergetar deras syaraf memberikan komando“ dengan segera menghempaskan ke dua kaki ke hati cinta bumi, di injak, cacian, makian, upatan, hempasan kedongkolan, seluruhnya tertumpa ruah ke ruang hati cinta bumi, adakah ruang hati cinta bumi mengembalikan apa yang telah di lontarkan semua insan tersebut? Tidak semua di terima dan di tata dengan rapi, sebenarnya hati cinta bumi ingin sekali memeluk dan mendamaikan prahara hati kuntum yang telah terdampar pada dalamnya pertemuan, namun semua itu tidak dapat di lakukan hanya mampu berdiam dan menanti insan itu sendiri yang berdamai dengan menghabiskan labilnya perasaan dan emosionalnya yang tertuang dalam butiran halusnya embun air mata, ya memang demikian penawar kegoncangan hati adalah diam dan menerima semua keluh kesah kegundaan sang kuntum tersebut.

Kata murni yang tidak bernodahkan kebohongan adalah terinspirasi seluruhnya dalam ruang hati cinta sang bumi, sambil berbisik kepada kuntum yang sedang mengatasi prahara pertemuannya;

Alunan biola mengalun sendu……Menyelami jiwa dalam keraguan kasih hidup menikam laksana gemuruh……Menghampa rindu timbulkan malu dalam rintihan kalbu..!! Bisikan naluri tergantung hampa……Keheningan menekan duka lara……Menghias kalut cerminan nestapa……Bahtera alam menangis dalam pelukan asmara……

Samudera titik bernoda darah hitma……Mentari sinarkan segumpal amarah……Camar tersenyum indah berlari menghadang perasangka gelombang……Menuju peralahan persinggahan gulita malam, terhapus pada pelupuk mata penakluk jiwa……Cakrawala memutar derita senja……Pesona manja senja dinanti para nafas dahaga……Alunan pesona mati menelan asmara, asmara lari bersembunyi entah kemana……

Gerhana melintas awan meradang mendung…Burung malam menyanyikan sebuah kidung…tersayat hati tersandung jiwa….Cinta, rasa dan asmara membuat insane gila…Kerikil tajam bersandar lemah di pinggir samudera, samudera terisak karena lara…


Friday, March 13, 2009

Revolusi Cinta Part I

Friday, March 13, 2009
Dorongan yang menjadi lahirnya Gerakan Revolusi Cinta [GRC] pada tanggal 01 Juli 2007 _00.01 wib_Minggu dini hari, adanya sebuah niat putih sebening butiran embun puncak gunung Jaya Wijaya untuk meleburkan diri dalam Tangisan Bumi dan Air Mata Saudara-Saudara yang terlupakan. Yang mempunyai Misi dan Visi “Mengembalikan Senyum Bumi dan Menyeka Air Mata Saudara-Saudara kita melalui kata-kata indah”

Tangisan sang bumi secara kasap mata dan kasap telinga tidak akan pernah terdengar, namun bila kita memberikan waktu dalam satu menit untuk meleburkan jiwa yang tulus untuk mendengarkan derita dan tangisan sang bumi maka kita tidak akan mampu menahan betapa pilunya suara isakan dan ratapan yang sedang terjadi pada mata hati sang bumi, yang terbias dari rongga nafas anak manusia yang tanpa tersengaja menjerit tanpa suara dan gaung. Begitu arif_begitu lembutnya_begitu dewasanya _begitu tabahnya _begitu sabarnya_begitu bijaksananya_ begitu kharismatiknya_begitu pandainya sang mata hati bumi menyembunyikan kesedihan dan ketidakberdayaannya terhadap kecongkatakan_kesombongan_keangkuhan insan manusia yang telah menrima sifat kelembutan mata hati bumi untuk bertengger manja dan tertawa sehingga lupa akan keindahan mata hati cinta sang bumi, yang juga memiliki kerapuan_memiliki rasa cemburu dalam sebuah jalinan asmara yang sengaja diperlihatkan oleh dua pasang kekasih di dalam merengkuh dan menggapai keindahan dalam satu ikatan buaian samudara biru dalam menggapai sebuah asa dan impian untuk saling menjaga_utuk saling memberi_untuk saling setia_untuk saling sehidup semati_untuk saling menyeka air mata_untuk saling memberikan kebahagian _untuk saling memberikan kesenangan baik lahir dan bathin.

Tertawa_tersenyum_menangis_berlari_berjalan_berbaring_duduk_berdiri_berbicara_makan_minum_kotoranmanusia_buangan_tingkah laku manusia yang norak _sampah _cacian _celaan _makian _sanjungan_udara _menghentikan amukan ganasnya ultraviolet _ganasnya sinar Inpra merah mentari_ semua iklas telah diberikan sang bumi melalui cinta mata hatinya, adakah kita terpikir semua yang telah di berikan oleh ketulusan cinta hati sang bumi kepada kita untuk dimintanya kembali? Mata hati bumi tidak akan pernah sanggup meminta apa yang telah diberikannya kepada kita dari sejak dulu kala karena mata hati bumi tercipta dari kelembutan butiran-butiran embun salju surgawi yang setiap butirannya mengandung beribu-ribu juta makna cinta dan kasih sayang antar sesam ciptaan dalam satu cakrawala jiwa.







Pasang Iklan Bersiap Jadi Milyader »
Siap Jadi Milyader ? Disini Iklan Anda Berpotensi Di Baca Ribuan Orang, Dan Menghasilkan Milyaran Rupiah, Selamat Mencoba
http://tinyurl.com/ddycm4