Advertisment

Advertisement








Saturday, May 16, 2009

Darah Menangis Pergi Terisak

Saturday, May 16, 2009


Cakrawala kehidupan terus bernyayi dan berlanjut, entah berapa uang telah aku habiskan untuk sekedar mencari cara untuk menghilangkan prahara kehidupanku, setelah tidak berada di depan computer lagi, kembali seluruh sendi-sendiku terasa ingin lepas dan nyeri bagai tertusuk berjuta-juta jarum kematian, debaran hatiku juga tidak pernah beraturan, seluruh kenangan kembali melintas manja bersanding ranumnya awan-awan tipis membuat teriris kembali darah dan air mataku, pertanyaan yang selalu tidak pernah absent dalam benakku adalah mengapa dia lakukan ini kepadaku?

Apa dirinya sengaja menjauh, apakah cintanya tidak merasakan betapa pahitnya kejadian ini, apakah rindang matanya telah menemukan laki-laki yang terbaik untuk sandaran hatinya yang baru? Sedang apakah dirinya, dimanakah dirinya, sehatkah dirinya, sudah makankah dirinya, bagaimana hari-harinya, apakah tidak ada kendala di setiap dirinya berjalan dan menyeberang jalan, jalan-jalan dengan siapakah dirinya saat ini, apakah dirinya sangat tersenyum setelah kejadian ini? Ataukah memang jiwa cintanya telah hilang tanpa berbekas kepadaku? Begitu jauhnya kelarutan pengembaraan naluriku dalam pertanyaan, hingga sekajab matapun tidak dapat terpejam, berbaring lalu duduk, duduk lalu berbaring kembali, berbaring lalu duduk dan berdiri, berdiri kemudian duduk dan berbaring kembali, lalu berdiri dan meremas kepala yang kian mendenyut. Nyanyian nyaring para ayam jantan mengisyaratkan akan segera datangnya mentari pagi yang segera akan menyinari rerumputan rindu di sekitarku yang telah tertimbun ganasnya embun malam, namun begitu perkasanya mentari tidak mampu menyinari dan menghancurkan timbunan embun yang telah menjadi beku dan kaku sedingin es kutub utara di rerumputan asmara di bilik reot dan tua hatiku.

Sekejap mata belum ada tertidur namun aku telah bergegas untuk mencurahkan kembali gerah dan panasnya perasaanku, kembali aku membuka room dan secepat itu pula jiwaku kembali melayang ke dalam room cew_badung, 29 September 06 dengan mata yang pedas aku terus berusaha mengusik semua yang ada di dunia maya.
Pagi jelang siang! Mengganggu apa tidak nih?
Asl plaese….yupz tentu tidak, memang kenapa?
Ichoet 30 male, kalau tidak mengganggu bisa aku minta pendapat, saran, petunjuk ataupun sejenis kata-kata yang dapat di jadikan sebuah renungan.
Bisa saja asal jangan minta pendapatan, soalnya aku belum kerja
Hehehe lucu kamu ya! Tidak mungkin lagee aku minta pendapatan kamu. Andai kamu sudah kerja mana mungkin juga kamu mau memberikan pendapatanmu ke aku, emang kita ada hubungan apa?
Kaleee aja, mana tahu kamu salah seorang pakir miskin, jadi ya sambil beramal githo. Ahah….
Lincah juga lidah kamu mencocor neeh, memang bibir nomor berapa tuh yang bicara? Asl please… Untuk apa? Perlu banget…
Ya mana tahu cocok kan bisa nyambung.
Nyambung-nyambung memangnya apa di sambung-sambung tali kalee? 25- f- Medan.
Kuliah atau kerja?
Ampuuun! Kamu seperti wartawan saja dech, kuliah di salah satu universitas yang terletak di dr. Mansyur, fisipol. Apa lagi tanyai saja terus, selagi aku masih ingin menjawabnya.

Tidak ada lagi sudah habizz itu saja deh, takut minta pendapat dari kamu nanti bukan pendapat yang aku dapat tetapi ceramah sosial dan politik, maleeessssss banget tahu!
Iya, kalau cerita tentang hal itu memangnya kenapa, kenapa dan kenapa? Kamu tidak suka cerita sospol Negara ini? Kalau begitu cabut sana!

Eeeee goggul gito banget seeh. Kok di cabut kan belum di masuk kan?
Ngeres kamu ya, bersihkan hati dan pikiran kamu biar mudah mati dan perjalanan hidup kamu.
Aku tidak ngeres hanya sedikit ngeles saja, rem-rem sedikit remi. Mau minta pendapat apa mau cari berantem?
Mencari dua-duanya.
Anak-anak kalee kamu, usia 30 tahun masih seperti anak-anak.
Wah…tidak ingat apa kata mantan Presiden Bill Clinton terkadang kita merindukan masa anak-anak kita kembali, yang hari-harinya tiada beban, tidak memikirkan apa yang akan terjadi esok, yang terpenting bagi seorang anak-anak masih bisa bermain dan bercanda tawa.

Saat anak-anak kamu suram dan tragis ya?
May be! Terasa suram dan menakutkan.
Pantesan!! Kasian banget…
Ok deach aku serius ingin minta pendapat kamu nih. “naif tidak kalau di putuskan dengan seorang gadis kita mengelurkan darah sebagai rasa ikhlas untuk di tinggalkan”?

Apa? Kenapa bertanya itu? Kamu terlibat ya.
Tidak ada terlibat we are good cipil and cipil never die.
Bodoh! bego maksudnya kamu yang melakukan demikian sok banget kamu. Lebih baik darah kamu curahkan kepada Negara dan Bangsa ini. Melalui pmi. Ach sory con.
Kenapa?

Ya selain butiran darah ga masuk kategori karena darahku sangat sedikit, lagi pula coba saja renungkan pada Negara dan Bangsa ini.
Maksud lho...
Rasanya bukan darah saja deh yang telah di persembahkan kepada Negara dan Bangsa ini, sudah semuanya, dan hal itu sudah terjadi dari zaman batu.
Jadi intinya kamu membangkitkan apa yang telah kamu dan nenek moyang berikan?

Wadddduh! Renungkan entar saja dahulu baru berkomentar atau biar aku papar kan? Kamu pernah lihat dan rasa kan bagaimana rakyat kecil hidup di negara ini? Pernahkah kamu secara langsung ikut dalam membuat kebijakan-kebijakan Negara ini bagi rakyatnya? Pernahkah terpikirkan olehmu bagaimana sulitnya mencari kehidupan di Negara ini? Jangankan mencari kehidupan yang layak, mencari pekerjaan aja sulitnya minta ampun. Pernahkah kamu merasakan sulitnya mendapat persamaan hak di Negara ini? Kamu jangan mengganggap hidup di Negara ini bagai hidup di negara-negara mimpi, hanya mungkin karena kamu mendapat warisan dari kehidupan orang tuamu!

Semua kebijakan negara inikan merupakan sebuah proses ke arah yang lebih baik dan ke arah yang lebih sempurna. Yang namanya sebuah proses sudah di pastikan memerlukan ruang waktu dalam mewujudkan semua itu.


Kamu termakan isu politik atau kamu sepertinya baru memasuki kanca perpolitikan? sudahkah kamu melihat beberapa dasawarsa hal itu terjadi? Adakah sebuah perubahan yang perlu di banggakan?
Iya, aku faham, aku ngerti.

Aku saja yang telah bergumul di kanca perpolitikan sejak usia 10 tahun belum berani mangatakan bahwa aku faham akan percaturan perpolitikan di Negara ini, akan tetapi kamu cepat kalee katakan faham sedangkan aku saja tidak faham-faham.
Maksud dari yang kamu kata kan tadi aku faham. Artinya: kebijakan yang dibuat oleh Negara dan Bangsa ini dalam menuju proses kesempurnaan tetapi meninggalkan luka dan coreng hitam kepada kalangan rakyat bawah, begitu kan?
Tidak tahu juga, soalnya kamu yang lebih faham, makanya tadi aku katakan tidak faham. Hehehe….

Ok. Ingat ga kamu ada sebuah kata bijak yang syarat dengan waktu “jangan tanyakan apa yang telah Negara berikan padamu tetapi tanyakanlah apa yang telah kamu berikan kepada Negara dan bangsa ini”
Ah…itu kata- kata yang sudah usang. Kenapa aku katakan sudah usang? Kerena kata-kata tersebut, rakyat berpikiran selalu menerima apapun yang di lakukan oleh pembuat kebijakan walau harkat dan martabatnya di injak-injak oleh pembuat kebijakan di negara ini. Semua pembuat kebijakan selalu meninggalkan norma-norma yang bertentangan akan pandangan hidup negara ini. Kalau aku lebih setuju kalimat itu diganti dengan “jangan tanyakan apa yang telah di berikan rakyat kepada negara dan bangsa ini, akan tetapi tanyakanlah apa yang telah di berikan dan di persembahkan negara dan bangsa ini kepada rakyatnya.

Kamu jangan memutar balikkan fakta dong. Bahaya entar kamu, kamu dapat dikatakan berindikasi melakukan tindakan makar.
Nah! Di sinilah terkadang sebuah egomonis terhadap sebuah inspiratif, sebuah perubahan tidak mengambil hikmanya akan tetapi lebih mengambil nilai sisi gelapnya, siapa yang memutar balikkan fakta? Bila kita mencerna secara arif dan lebih dewasa secara luas, secara tiga dimensi ada benarnya. Renungkan! Sebenarnya pembuat kebijakan di negara ini melayani rakyat atau dilayani? Di negara ini rakyatlah yang melayani pembuat kebijakan.

Di mana letak kebenarannya? Kalau yang kamu katakan itu sama saja faham sosialis sedangkan kita tidak berfaham demikian.
Kita lihat saja mulai nenek moyang kita sampai sekarang, kelaparan, nyawa, darah dan air mata, pikiran dan tenaga telah mereka persembahkan namun apa yang mereka dapatkan dari negara dan pembuat kebijakan di negara ini? Mereka mendapatkan tekanan berupa penggusuran, yang sama sekali tidak mencerminkan etika sebuah Negara kesatuan, yang katanya berdasarkan pancasila, kemanusiaan yang adil dan beradab, musyawarah dalam mufakat, Negara ketuhanan tetapi kenyataaan yang ada bagaimana? Semua meluluh lantak kan jiwa. Semua anggar punya kuasa, semua anggar punya kebijakan, semua anggar memiliki derajat yang paling tinggi, hanya karena memakai pakaian yang bertirai ketidak beradapan.
Contohnya?

Apa yang di dapat para pejuang kemerdekaan dan nenek moyang kita, padahal mereka telah persembahkan seluruh hidup dan matinya buat negara ini. Apa yang mereka dan rakyat ini dapatkan setelah merelakan nyawa, kehilangan keluarga yang di cintai, kehilangan anggota tubuh, yang telah membayar pajak? Mereka harus bertahan hidup dengan mengandalkan belas kasihan, menumpang-menumpang, ada pun perumahan setiap hari selalu terkena penggusuran secara paksa walau berdalih telah diadakan pembicaraan secara persuasive dan mendahulu kan pendekatan dan kompromi secara kekelurgaan. Bila di Tanya kepada pembuat kebijakan dan pelaksana kebijakan di Negara ini mengapa dana yang ada di Negara ini tidak di berikan kepada orang yang paling membutuhkan, dengan mudah pembuat kebijakan masih ada lagi yang lebih penting dari semua itu. Akan tetapi kalau dana tersebut di minta untuk perbaikan hidup bagi pembuat kebijakan dan pelaksana kebijakan cepat-cepat di setujuin dan mengatakan itu hal yang sangat benar.

Apakah pantas negara dan pembuat kebijakan melakukan hal yang demikian itu? Aku rasa sangat tidak pantas, tidak bermoral sebuah Negara yang berazaskan pancasila setiap melakukan kebijakan meninggalkan rasa cinta jiwa sesama. Namun karena sudah terpatri semboyan tersebut di atas maka mereka tetap terima perlakuan yang tidak mencerminkan Pancasila tersebut, Negara ini adalah Negara yang memiliki dasar Negara yang paling sempurna di dunia, namun pelaksanaan saja yang tidak mengetahuinya, mengetahui bahwa dasar Negara ini di lahirkan atas nama cinta jiwa rakyat Indonesia.
Mengasut neh?

Nah, ternyata kamu juga memeliki pikiran yang dangkal dan sempit, kalau kamu berpikiran yang demikian bagaimana Negara ini mencapai sebuah perubahan yang hakiki. Generasi dan bangsa yang beradab dan bermartabat adalah generasi dan bangsa yang ingat dan memperlakukan sebaik-baiknya para pejuang dan para pahlawan. Ingat itu! Ini masih dari sisi para pejuang, belum yang lain karena setiap individu di Negara ini adalah seorang pejuang akan tetapi apakah pejuang untuk sesama atau untuk pribadi atau golongan, itu masih di dalam sebuah tirani kemunafikan.
Kalau itu memang pernah dengar.
Jangan hanya dengar dong, resapin dan cari makna yang tersembunyi dalam kalimat tersebut.

0 comments:

Post a Comment

Pasang Iklan Bersiap Jadi Milyader »
Siap Jadi Milyader ? Disini Iklan Anda Berpotensi Di Baca Ribuan Orang, Dan Menghasilkan Milyaran Rupiah, Selamat Mencoba
http://tinyurl.com/ddycm4