Advertisment

Advertisement








Friday, March 27, 2009

Pendahuluan - Medium Jiwa "Arti Janji Bumi"

Friday, March 27, 2009
Pendahuluan
Medium Jiwa
“Arti Janji Bumi”




Jiwa dan keanggunan Cinta adalah sebuah tombak bermata dua, yang satu sama lain memiliki kadaristik kekuatan dalam mewujudkan segala apa yang akan dimiliki terhadap seorang kekasih.

Jiwa dan Cinta hanya berbeda pada cara memandang dan meraih keagungan nulari kebahagian kepada kedua pasang kekasih, yang semua itu hanya dapat dilihat dan dirasakan dengan renungan propaganda yang terjadi dalam penyelamatan ketulusan kasih sayang.

Kasih sayang melalui sisi jiwa akan pasti mampu menganugerahkan karakteristik terindah seperti janji matahari yang selalu terbit di Ufuk Timur dan tenggelam di Ufuk Barat, begitu seterusnya sampai alam tidak lagi berputar. Seperti janji syahdu bumi, selalu memberi tempat kala kita berduka juga di kala kita bahagia. Tanpa harus meminta untuk di balas.

Janji matahari tidak pernah memandang apa dan siapa yang akan diberikan kehagatan sinarnya, baginya janji ya tetap janji. Kasih sayang dengan sisi mata jiwa tidak pernah berubah dalam sedetikpun dengan apa yang akan terjadi kepada belahan jiwanya. Kasih sayang dari sisi cinta akan mencerminkan menerima atau tidaknya sebuah pengorbanan walau pada kalanya pengorbanan harus melibatkan sisi jiwa yang tidak terbalas. Kasih sayang melalui sisi cinta pasti mengalami pasang surutnya gejolak rasa dalam memiliki. Cinta yang datang bersama jiwa mampu melakukan apapun yang dinginkan kekasih meskipun mengorbankan segala apa yang sangat berharga seperti lilin yang merelakan tubuhnya meleleh dan melebur untuk memberikan cahaya agar kekasih tidak khawatir akan gulitanya malam yang pekat dan berusaha memancarkan kenyamanan jiwa kekasih.

Mata tombak dari sisi cinta selalu melibatkan emosional, kedewasaan, kearifan, perhatian, dan segala sensasi yang menjadi symbol kehidupan sepasang kekasih yang umumnya akan dapat di lihat.

Seperti hadirnya rembulan di setiap bulannya, ditandai dengan kekuatan sinar terus bertambah, redup dihari pertama, terang benderang di hari terakhir, dan akhirnya redup kembali. Kasih sayang dari mata sisi cinta memberikan kita makna bahwa dalam membina sebuah hubungan sudah dipastikan akan mengalami grafik plus minus, grafik tersebutlah yang membuktikan bahwa kasih sayang melalui sisi mata cinta tidak akan langgeng bila tidak berjalan bersama pada kasih sayang sisi mata jiwa.

Melihat kasih sayang pada sisi mata jiwa dalam sebuah hubungan terhadap kekasih sangat di butuhkan medium yang sama sehingga mampu duduk sejajar dengan kekuatan yang dilahirkan oleh kharismatik jiwa cinta tersebut. Itu berarti bahwa relung hati harus bersandar dengan Medium Jiwa kekasih yang semua tindakan sisi mata jiwa hanya dapat di lihat dan dirasakan dengan naluri ketulusan, secara mutlak bertolak belakang dengan pandangan dan rasa logika.
Kasih sayang pada sisi mata jiwa, seorang pemuja akan mampu melakukan hal-hal yang di pandang logika adalah sebuah kebodohan, kegilaan, ketidakwarasan pikiran. Maka kasih sayang pada sisi mata jiwa tidak pernah melibatkan rasa logika tersebut, logika akan bertindak binal bila seorang pemuja nekat bunuh diri, nekat membakar diri, menutup hatinya pada gadis lain. Kasih sayang dari sisi mata jiwa bersedia mati bersama belahan jiwanya bukan mati bersama raganya, seperti halnya pemuja Khalil Gibran yang seumur hidupnya mempertahankan keindahan jiwa kepada belahan jiwanya sampai ajal menjemput.
Secara logika ini adalah sesuatu yang gila, strees, ketidak warasan, kebodohan, sesuatu yang bahasa trendnya “gombal lo”….namun bila kita masuk ke relung medium jiwa hal itu adalah ikrar suci dari kasih sayang pada sisi mata jiwa yang menghasilkan kesyahduan dan kenikmatan jiwa tersendiri yang tidak dapat di beli dan di tukar dengan apapun, yang mampu dirasakan oleh pemuja. Sehingga kepergian jiwa pemuja akan di iringi selaksa senyum bidadari nirwana.

Maka akankah tujuh lapis bumi, tujuh lapis gelombang samudera, tujuh lapis kehidupan, tujuh bidadari akan berpihak kepada kasih sayang pada sisi mata jiwa yang terus memandangnya dari relung hati meskipun kehidupannya tidak milikku lagi?

Sujud kasihku tetap memohon masih ada satu kesempatan untuk membawa jiwanya kedalam relung jiwaku walaupun itu adalah sesuatu yang tidak mungkin terjadi secara logika, seandainya terjadi itu hanya ada dalam sebuah film yang mana masih dapat kesempatan walau belahan jiwanya akan bersiap-siap membacakan ikrar suami istri di depan penghulu, dalam realita hal itu adalah hal yang mustahil, akankah hal yang mustahil tersebut akan terjadi pada cinta ini.

Walaupun aku terus berjuang dengan jungkir balik untuk mewujudkannya artinya; waktu untuk mewujudkan hal tersebut tinggal hitungan hari lagi. Agar aku dapat menghapus semua air mata yang pernah jatuh dari biru matanya dengan mengganti menjadi senyum terindah seumur hidupnya dan sampai zaman tidak lagi berganti.

Dan dalam realita juga tidak akan ada seorang dermawan cinta jiwa alam yang melihat kisah ini adalah cerminan kesucian jiwa dan cintaku terhadapnya, namun dalam relung jiwaku ada kenyakinan adanya sebuah keajiban dari seorang sesepuh jiwa cinta alam yang berbudi luhur yang ikut dalam mewujudkan nyatanya kenyakinan jiwaku untuk merangkul cinta dan hidupnya kembali.
Ataukah ini adalah isyarat yang telah di wariskan kepada jiwaku untuk ”mempertebal rasa sabar”. Ini adalah untaian kesucian jiwaku untuk memilikinya walau Tuhan tidak akan pernah memberikan mukjizatnya kepada tulusnya kasih sayang jiwaku. Namun dengan raga dan jiwa ini tetap berjuang dan berusaha untuk mengambil kembali nyawa jiwaku yang sebentar lagi akan pergi selamanya. Bukan raganya akan tetapi aura jiwanya. [ stj ]

0 comments:

Post a Comment

Pasang Iklan Bersiap Jadi Milyader »
Siap Jadi Milyader ? Disini Iklan Anda Berpotensi Di Baca Ribuan Orang, Dan Menghasilkan Milyaran Rupiah, Selamat Mencoba
http://tinyurl.com/ddycm4