Advertisment

Advertisement








Friday, April 3, 2009

Kontroversi Relung Jiwa

Friday, April 3, 2009

ubungan kami sebenarnya begitu sempurna, karena Jingga juga sangat memiliki sifat yang sempurna, artinya sifat dan karakter yang klop, adanya keseimbangan karakter di antar kami berdua membuat kisah asmara ini harus aku perjuangkan sampai kapanpun. Seperti halnya dengan hubungan yang kamu lakukan dengan mantan kamu.
Entar kamu main-main ingin menikahinya, hanya untuk menyenangkan dia, benarkan?

Jika ingin main-main, kenapa aku harus susah-susah curhatan, susah-susah membuang air mata, susah – susah membuka aifku, kepada orang yang sama sekali tidak aku kenal dan tidak pernah tahu siapa kamu.
Benar juga, bisa juga tidak benar. Masa sekarang ini melihat dan mendengar kata- kata laki-laki aku sudah sulit untuk percaya, sulit untuk dapat dijadikan pegangan, notabene saat ini laki-laki di bumi semua sama bejat dan tidak bermoral sebagai satria.

Sebalik!! Bagiku memandang seorang perempuan demikian juga, namun aku faham dan sangat mengerti bagaimana di tipu dan di kadalin, di hianati dan mendaptkan kekasih yang pencundang or the loser. Sebenarnya posisi perempuan di sakiti laki-laki dan laki-laki di sakiti perempuan saat ini menjadikan sebuah fenomena yang sangat berliku dan menanjak, yang lebih menggambarkan sebuah fenomena menang dan kalah di dalam rajutan egoiszem belaka, bila kita pertanyakan kepada masing-masing anak manusia selalu tidak menemukan sebuah keseimbangan, sebenarnya semua itu terjadi akibat menurunnya kadar tanggung jawab pasangan-pasangan untuk mengabadikan hubungan tersebut sampai kepada ketepian, artinya tidak mengambang, tidak terapung-apung di tengah-tengah deru ombak samudera, secara kejujuran posisi perasaan, jiwa, mentalitas, semangat, tingkat kepercayaan hidup, perempuan dan laki-laki yang telah di sakiti oleh pasangannya adalah sama. Perbedaannya bila seoarang laki-laki selalu memendam apa yang menjadi masalahnya kepada orang lain kalau orang lain itu tidak benar-benar sahabat, nah kalau seorang perempuan sangat mudah untuk membicaraknnya dengan teman-temannya yang penting mau mendengarkan walau nantinya hal itu menjadi cibiran buatnya.
Tetapi aku tetap salut pada dia.
Salut di mana! Telah dapat menyakiti laki-laki? Yes…yes...you know!
Tiada niat menyakitinya, keinginan ini untuk menyelamatkan kehidupannya di hari yang akan datang. Walau, mungkin itu hanya rasa ke egoisanku sesaat, atau hanya sekedar merasa paling bertanggung jawab. Atau karena belum mendapatkan pengganti dirinya. Tetapi semua itu dapat aku nyakin kan kepada siapapun bahwa aku hanya ingin mengarungi bahagia derita bersamanya.

Masih banyak laki-laki yang tidak mempermasalahkan hal itu (virginitas), laki-laki yang masih mempermasalahkan hal itu dalam mencari pendamping hidup itu sama laki-laki udik, laki-laki pengecut! Nah sangat terlihat egoisnya seorang lelaki ya di situ, artinya seorang laki-laki meminta calonnya selalu virgin tetapi bisa tidak seorang lelaki mempersembahkan keperjakaannya terhadap pasangannya? Tidak bisa kan.
Artinya kamu termasuk menganut free sex dong kalau kamu tidak memandang hal itu perlu di pertanggung jawabkan baik secara agama dan moral? Kita bisa menyelamtkan bumi ini dari penyakit yang begitu ganas (aids) hanya dengan rasa tanggung jawab cinta terhadap pasangan kita. Memang benar pendapat kamu, bahwa masih ada laki-laki yang tidak mempermasalah kan itu, tetapi bila di lihat persentasenya sangat kecil. Mohon maaf bila kehidupan asmara kamu saya buka kembali sebagai refleksi dan bahan statistik dalam hal ini, mantan kamu saja meninggalkan kamu setelah melakukan hal yang hangat dan mengeluarkan butiran-burtiran halus dan kental dari tubuh yang berakhir dengan hempasan erangan erotis. Apa lagi laki-laki yang mengetahui hal itu tidak ada lagi pada pasangan yang akan dia persunting?

Apa kah pernah seorang perempuan jujur terhadap pasangannya bahwa dirinya tidak lagi memiliki sesuatu yang paling berharga? Tidak pernah kan, semua itu di ketahui setelah adanya pernikahan. Bagaimana laki-laki tersebut memandang calon pendamping hidupnya, sudah jelas dia beranggapan perempuan yang dia nikahi adalah perempuan tidak benar bahasa gaulnya semua kita tahulah itu apa. Kemudian bahwa kita juga lupa akan nada sebuah kejujuran yang paling hakiki di dalam ruang jiwa dan perasaan kita bahwa hal tersebut menjadikan sebuah sandungan dan sebuah butiran kerikil-kerikil tajam yang dapat mengganggu keharmonisan perkawinan, apa yang kita lupakan yaitu sebuah kejujuran yang persentasenya sangat kecil yang tertutupi oleh keangkuhan jawaban mungil bibir bahwa hal tersebut tidak menjadikan masalah besar, padahal modal utama dalam membina hubungan adalah kadaritas sebuah kejujuran yang penuh tanpa ada kekurangan nol koma satu % pun.
Sok tahu kamu! Sok laki-laki paling wwahh!

Bukan sok tahu ataupun sok wwwah, ya kalau memang sesuatu yang paling berharga pada seorang perempuan tersebut telah hilang, dan seorang perempuan berusaha jujur kepada pasanganya dan pasangannya menerima secara ikhlas itu baru dapat dibenarkan bahwa cinta yang ada memang hadir pada sebuah hubungan dengan rasa ketulusan kasih sayang, namun beranikah seorang perempuan tersebut jujur akan hal tersebut? Dan apa seorang pasangannya mampu menerima hal tersebut?

Untuk menjawab hal tersebut, sebenarnya kita tidak membutuhkan kadaritas kejujuran yang besar, hanya dibutuhkan kadaritas kejujuran dalam lubuk hati sebesar tiga persen saja, akan tetapi kadaritas kejujuran yang besarnya hanya tiga persen tersebut sangat sulit di dapat. Aku laki-laki, sudah seharusnya lebih tahu yang namanya sifat dasar laki-laki. Bila laki-laki yang mengatakan tidak apa-apa mendapatkan perempuan yang demikian pasti ada hal yang di lihat sehingga mampu menutupi atau mengurangi status perempaun tersebut misalnya: kekayaan, kecantikan, tubuh nan sexy yang dapat memuaskan nafsu birahi sehingga menjadi topeng berlapis dan bertahtakan emas yang mampu menopang atau merobah nasib dan gairah aromatic dalam berfantasi seksualitasnya.

Berarti bukan dia yang meninggalkan, tapi kamunya yang ninggalin dia, bila di lihat dari pembicaraan tersebut dan menyia-nyiakannya?

Haruskah aku bersumpah atas nama hati jiwa cinta sang bumi dalam hal ini? apa aku harus mengumandangkan di seluruh media bahwa aku tidak pernah ada niat untuk meninggalkan dirinya? Apa harus membunuh diriku dan menyayat tubuhku dengan tulisan “bahwa aku dan segenap jantung jiwaku tidak akan pernah sanggup sedetikpun meninggalkannya”? seperti yang di lakukan pasangan-pasangan saat ini di saat mau mengungkapkan cinta kepasangannya melalui media? Rasanya tidak perlu sampai demikian, aku sangat mengetahui kadaritas hatiku dalam mencintainya. Di dalam filosofi hidupku selalu memegang teguh yang namanya hakikat kepercayaan, dimana aku tidak pernah memaksa seseorang harus memberikan kepercayaannya kepadaku. Karena kepercayaan yang di paksa kan tidak akan ada gunanya dan pasti berujung dan berakhir pada penghianatan.

Jangan pakai sumpah-sumpah dech, zaman sekarang yang namanya sumpah tidak memiliki kesucian, tidak memiliki harkat kualitas yang dapat di jadikan sebuah pondasi bahwa ucapan seseorang itu benar, tidak memiliki kekuatan yang dapat dipegang sebagai pedoman bahwa perkatan yang di ucapkan memang benar dan tulus apa adanya, mantan aku juga menggunakan semua sumpah yang dia berikan padaku, tapi dia hanya ingin menikmati geliat tubuhku saja.

0 comments:

Post a Comment

Pasang Iklan Bersiap Jadi Milyader »
Siap Jadi Milyader ? Disini Iklan Anda Berpotensi Di Baca Ribuan Orang, Dan Menghasilkan Milyaran Rupiah, Selamat Mencoba
http://tinyurl.com/ddycm4